NEXUS: YUVAL NOAH HARARI

Jum’at ini focus kita membicarakan sekitar INFORMASI, karena saya terinspirasi dari buku bagus berjudul NEXUS karangan Yuval Noah Harari. Yang dibahasnya ialah bagaimana jaringan informasi telah membentuk sejarah manusia mulai dari bahasa, mitos, dongeng, hingga internet dan AI. Ke depan, Informasi yang diketahui manusia akan semakin diungguli oleh teknologi AI katanya. Kontribusi AI boleh jadi bermanfaat dan boleh jadi juga berbahaya. Maka pertanyaan kita ialah apa untung ruginya bila AI menguasai dunia informasi? Apa signifikansinya bagi dakwah Islam? Cukup dua saja. Sumber referensi penulis ambil umumnya dari Google, serta jurnal ilmiah. Tujuan penulis, dengan memadukan pendekatan teknologi dan teologi agar generasi muda semakin sadar terhadap ancaman di depan mata yaitu ancaman teknologi AI. Diskusi kita mulai dengan memperkenalkan tokoh pengarang Yuval dan beberapa konsep penting terkait AI. Kemudian berlanjut cerita kepada teknologi AI dan dunia informasi sekarang, terakhir apa signifikansinya bagi kajian keagamaan Islam. Mari kita mulai!

Pertama, Yuval Noah Harari adalah seorang professor sejarah di universitas Ibrani, Jerusalem, Israel. Kita mungkin semua sepakat bahwa kita tidak suka, kita benci,kita marah dengan Zionis Israel, tetapi mungkin ada baiknya kita dengar pikiran2 profesor Yahudi ini yang telah mengarang banyak buku terkenal dan sering ‘berceramah ilmiah’ ke berbagai universitas besar di dunia. Benci dengan zionis Israel boleh2 saja, tetapi benci dengan ide2 kreatif seorang professor Yahudi mungkin perlu dipertimbangkan. Nabi Muhammad juga pernah punya sahabat dari Yahudi diantaranya bernama Mukhairiq dan Abdullah bin Salam. Keduanya sangat dermawan dan disenangi oleh Nabi sebagai julukan ‘se baik2 Yahudi’. Artinya, mereka keturunan Yahudi tetapi telah memeluk Islam dan akhlaqnya baik. Saya pertama kenal namaYuval Noah Harari dari Prof. Amin Abdullah.

Kedua, apa itu AI (Artificial Intelligence)? AI ialah kemampuan teknologi dalam memecahkan masalah2 layaknya manusia. AI adalah cabang ilmu computer yang bertujuan mengembangkan system atau dapat meniru kemampuan manusia dalam berpikir, belajar dan menarik keputusan. Apa contoh AI? Diantaranya penggunaan assiten virtual pada aplikasi transportasi Online. Termasuk juga teknologi AI ialah Chat GPT dan LLM. ChatGPT mempergunakan teknologi pemrosesan bahasa alami menjadi bahasa teks, berdasarkan data yang telah dilatih sebelumnya. ChatGPT (Generative Pre-Training Transformer) ialah kecerdasan buatan dengan system kerjanya menggunakan format ngomong. Bagi saya yang tertarik memfilsafati teks, AI dan ChatGPT rupanya dapat pula menerjemahkan teks dan menerjemahkan ucapan (oral) dan ini sangat penting untuk membantu saya memahami berbagai bahasa2 di dunia (China, Parsi, Ibrani, Yunani Kuno) dan lainnya. Juga AI dapat membantu kita berkomunikasi lintas bangsa dan budaya. Jadi bila anda wisata ke Bangkok misalnya, tak usah lagi takut/cemas akan termakan daging babi, sebab di kuping anda ada alat terpasang dan anda tinggal ngomong apakah dengan bahasa Jawa, Menado, Batak, Betawi, atau Minang (Payakumbuh): ‘Ambo indak makan dagiang babi…eh dagiang kondiak’ lalu terjemahannya akan muncul dari AI ke dalam bahasa Thailand (chan mai kin nuea mu). Jadi AI membantu anda terhindar dari ancaman dosa (makan daging babi).

Apa masalah yang diangkat oleh Harari dalam bukunya berjudul Nexus? Kata Harari bahwa kita sudah berada pada zaman kemajuan pesat AI (artificial intelligent/kecerdasan buatan), di mana dunia informasi mendatang akan semakin hari semakin dikuasai oleh AI dari pada manusia. Banyak sekali persoalan yang dibicarakan dalam bukunya tersebut, tetapi dalam tulisan ini saya batasi hanya pada dampak informasi bagi kehidupan dan implikasinya pada teologi kita.

Informasi tentang hobby anda boleh jadi telah diketahui oleh AI. AI akan menyodorkan lebih banyak ragam info dalam HP/Laptop yang sesuai dengan hobby anda, dan perusahaan yang menggunakan AI akan beruntung banyak. Demikian pula bila anda suka nonton kasus ijazah Jokowi misalnya, boleh jadi beberapa perusahaan yang cari duit sedang mempekerjakan AI, dan boleh jadi juga sengaja ada kerjasama terselubung untuk cari duit gotong royong se akan2 berseteru antara 2 kubu manusia, dibuat semakin panas, dibuat semakin seru, berantam, dan anda tak menyadari hal tersebut sebagai kiat cari duit? Ya, boleh jadi berita heboh itu sebenarnya ‘Pabrik Duit’. Semakin sering anda tonton, dan membaca kasus ijazah Jokowi, akan semakin banyak pilihan berita yang tampil dalam gambar serupa di layar HP anda setiap kali anda buka HP (demikian juga nonton di YouTube, belanja online di Tokopedia, Shopee, misalnya). Mirip kita memberi makan ikan di kolam, semakin kita taburkan makanannya ke dalam kolam, maka semakin banyak ikan muncul berkerumun. Tak percaya? Cobalah tonton Rocky Gerung…akan semakin banyak besok pagi Rocky Gerung2an bermunculan di HP anda. Maka sadarilah kini jangan2 ‘Ada udang di balik ……….A I?’

Kenapa AI begitu canggih? Sebab di dalam teknologi AI, kata Harari, terdapat apa yang dinamai dengan algorithma. Apa itu algorithma? Algorithma adalah langkah2 yang dibuat secara tersusun, rapi, berurutan, logis untuk memecahkan persoalan yang didatangkan dari sebuah perintah. Di dunia computer, algorithma adalah dasar dari setiap program computer, yang mengatur bagaimana data diproses dan bagaimana tugas2 dikerjakan yang datang dari suatu perintah. Jadi semua terkendali dari suatu titik pusat, mirip jaringan dan tertuju pada suatu titik tengah, sebagai titik kumpul dimana ada Nexus. Bagi saya yang awam, defenisi algorithma adalah ‘logikanya computer’. Gitu aja kok repot!

Ketiga, apa itu NEXUS? NEXUS adalah judul buku Harari. Tetapi sejauh yang saya ketahui arti NEXUS ialah pusat koneksi, titik tumpu tengah dimana berkumpulnya banyak unsur2. Contoh sederhana bagi saya: pernahkah anda camping pramuka? Bila ada api unggun di malam hari, semua anggota pramuka mengumpulkan kayu2 untuk dibuat unggun, kayupun semua bersilang dalam satu tumpukan unggun. Titik silang tumpukan kayu2 di tengah unggun itulah ibarat Nexus. Maka ada Nexus kabel, ada pula nexus informasi. Dalam keluarga anda, siapa Nexus duit tempat semua menadahkan tangan? Ya biasanya pada Bapak toh? Maka Bapak biasanya disebut dengan ‘tulang punggung keluarga’, tempat bertumpunya NEXUS pengeluaran. NEXUS informasi menjadi perhatian Harari.

Buku Yuval Noah Harari berjudul Nexus adalah buku sejarah. Buku tersebut menceritakan bagaimana informasi dalam sejarah yang panjang mulai dari zaman batu hingga zaman modern ini dimana AI (Artificial Intelligence) mengungguli kemampuan manusia. Genre buku tersebut ialah historis-filosofis, non fiksi. Fokusnya ialah sains, teknologi dan politik. Diterbitkan oleh percetakan Random Haouse, tebal 528 halaman. Yang penting dicatat dari dalam buku tersebut ialah pendapat Harari bahwa informasi adalah fondasi fundamental yang menjadi dasar jaringan dan masyarakat manusia dibangun. Buku terdiri dari 3 bagian: bagian I misalnya bercerita tentang asal usul jaringan informasi, dari primitif, hingga cerita dan mitos. Mitos katanya menjadi penting dalam perkembangan manusia. Mitos memungkinkan manusia bekerjasama dengan skala besar. Mitos oleh Hitler berkembang menjadi Nazi menggempur bangsa2 Eropa dan membunuh banyak Yahudi. Mitos itu perlu. Mitos bukan cerita khayalan saja, tetapi pemupuk semangat gelora.

Kata Harari lagi, penyebaran informasi yang berlangsung dalam komunitas akan lebih bermakna. Misalnya, Seorang professor punya ilmu pengetahuan mendalam, ilmu tersebut tidak akan ada gunanya bila sang Profesor ditaruh di tengah kerumunan hewan di hutan. Ilmu Profesornya tak berfungsi. Hewan tak butuh informasi pengetahuan dari professor. Artinya, kehidupan seorang professor sangat terkait dengan penyebaran informasi di tengah komunitasnya. Di kampus UIN Jambi ada senior kita yang sangat dalam pengetahuan filsafatnya, tetapi komunitasnya tak ada. Artinya, menurut saya, bila anda hobby politik ikutlah gabung dengan partai tertentu, dan majulah ke Jakarta. Bila anda hanya berkoak-koak di kandang sendiri, kapan akan tersebar informasi anda di tengah komunitas yang lebih ramai? Singsingkan lengan baju, hadapi komunitas ramai di Jakarta…di sana anda bisa sukses, tapi bisa juga anjlok. Yang berlaku ‘The survival of the fittest’ kata teori Darwin. (Yang paling sukses bertahan adalah yang paling bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannnya) walaupun mungkin ijazah dicetak di Pramuka. Asli/palsu itu masalah nomor 2 rupanya di Indonesia ini.

Di tengah masyarakat Minang sekarang, Teknologi AI telah merobah banyak nilai adat, sopan santun, kebiasaan tradisional. Bila seorang anak Minang mau pergi jauh biasanya terdengar pepatah :’ ka pai nampak pungguang, ka pulang nampak muko’. Artinya, ‘Akan pergi nampak punggung, akan pulang nampak muka’. Maksudnya, selalu pamit, selalu ada berita, ada informasi, ada tegur sapa antara orang yang pergi dan orang yang ditinggalkan, bukan pergi tanpa pamit, bagai hantu hilang menyelinap di kegelapan. Nah, sekarang setelah adanya AI, tradisi pamit pada sesepuh adat (Datuk Penghulu Adat) sudah sirna. Anak2 muda sudah hampir tiada yang pamit dengan sesepuh. Orang ke Mekah bisa bolak balik dalam sehari, apalagi pergi merantau ke Batam dan Betawi. Tradisi warisan leluhur kita terganggu oleh teknologi AI. Bagaimana jadinya bila AI mengganggu tradisi pesantren? Hubungan patron-client antara santri dengan kiyai tentu juga akan melonggar.

Apa ide Harari yang menarik lainnya? Di zaman sekarang, kata Harari, AI sudah merupakan alat yang canggih untuk memproses informasi, tetapi AI juga punya resiko. AI bisa saja salah menilai, penyebaran informasi dan terpusatnya algorithma dalam satu tumpuan yang tidak transparan, apalagi hanya sedikit orang yang tahu. Kata Harari, munculnya platform media sosial (Medsos) sengaja dirancang untuk betul2 terlibat, maka yang akan muncul berita ekstrim dan informasi yang menyesatkan. Dunia kampanye politik biasanya menggunakan AI untuk hal semacam itu. Misalnya, di gembar-gemborkan secara luas informasi dengan teknologi AI bahwa suatu daerah mayoritas akan memilih tokoh ini…dia hebat..dia jujur….akibatnya siapa2 yang mendengarnya akan terpengaruh pula. AI disalahgunakan. AI juga tidak punya perasaan, tetapi anda jangan lupa AI adalah hasil kepandaian manusia meng utak-atik/memanipulasi Sunnatullah.

Bagaimana kira2 pengaruh AI dengan dunia dakwah keislaman kita? Saya membayangkan bahwa ke depan, dari segi positifnya, wawasan para da’i kita akan semakin cepat meluas, cepat menguasai informasi luar, melek teknologi, dan isi dakwah akan semakin memperlonggar ‘jabbariyah’. Algorithma AI yang empiric positivistic akan ‘menggeser’ paham2 keagamaan yang serba menyerah pada Tuhan. Ustaz/kiyai/da’i yang biasa menjawab suatu pertanyaan umat dengan kalimat ‘ semua sudah ditentukan oleh Allah’ akan semakin ‘longgar’ rantai teologisnya. Misalnya, bila seorang pasien meninggal dunia dijelaskan oleh pemuka agama bahwa semua sudah taqdir Allah (ini jawaban teologi yang kita anut). Tetapi AI akan menjelaskan bahwa memang almarhum itu sejak tahun-tahun terakhir ini kanker paru2nya semakin mengganas, disuguhkan data2nya, rekam mediknya, hasil rontgennya…akhirnya para keluarga terdekat meyakini informasi tersebut dan itulah penyebab meninggalnya almarhum. Seandainya sempat dibawa ke rumah sakit di Malaka mungkin hidupnya akan lebih lama? Di sini paham Jabbariyah semakin digeser oleh AI. Jadi jawaban ustaz bahwa ‘semua sudah ditentukan oleh Allah’ boleh jadi jawaban keterbatasan pengetahuan untuk menjelaskan Sunnatullah, dan sekarang AI lebih mampu menjelaskan rahasia Sunnatullah tersebut, akibatnya teologi ‘melunak’.

Ada contoh lain? Bila seorang Jemaah bertanya pada ustaz, kenapa durian Bangkok lebih manis, besar dan batangnya rendah, sementara batang durian kita tinggi2, buahnya kecil2, dan isinya tipis? Mungkin sang ustaz akan menjawab bahwa segala sesuatu telah ditaqdirkan oleh Allah begitu juga durian kita. Maka datanglah AI menjelaskan secara ilmiah bahwa penyebab pohon durian Bangkok rendah ialah…, isinya lebih kuning, tebal dan harum adalah karena…, sementara batang duriannya tinggi/rendah2 adalah karena……semua dijelaskan secara ilmiah. Setelah dipahami keterangan informasi ilmiah dari AI maka paham Jabbariyah kita tergeser lagi.

Adalagi soal jodoh. Teologi yang umum diyakini ialah ‘Jodoh di tangan Tuhan’. Rupanya Prof. Quraysh Shihab mengatakan bahwa ‘Jodoh bukan di tangan Tuhan, tetapi DIJEMPUT’. Pendapat Quraysh Shihab ini bukanlah jawaban AI.

Kesimpulan, Prof. Yuval Noah Harari telah menjelaskan sejarah perkembangan informasi dari zaman purba hingga zaman modern dalam bukunya NEXUS, dan memprediksi peran AI dalam bidang informasi di masa depan. Dunia informasi akan cepat tersebar luas, akan lebih akurat dan dapat diprediksi. Ini boleh jadi akan menggeser teologi generasi muda kita yang Jabbariyah ke arah Qadariyah. Penafsiran teks2 suci dengan metode burhani, terutama oleh Muhammadiyah, akan semakin tertolong oleh AI. Negatifnya, di balik proyek teknologi AI, tentu orang dan perusahaan2 besar akan cari untung dan kita sebagai konsumen akan merugi bila tidak bijak menggunakan AI. Dalam MTQ, tak akan perlu lagi penerjemah di samping Qari. Tafsir ayat yang dilantunkan itu sudah siap masuk ke kuping pendengar berkat adanya alat canggih di kuping. Kalau begitu, saya teringat KH Ahmad Dahlan tatkala ditanya orang dulu apakah boleh solat dalam bahasa Indonesia? Dijawabnya ‘boleh’ asal nanti kamu belajar bacaan Arabnya. Maknanya apa pak Amhar? Maknanya, bagi saya, secanggih apapun AI, membaca terjemahan AI tidak berpahala (kosong), tetapi membaca ayat berpahala (di mata Allah).

Significance of Issue (Hikmah):

  1. Bilamana Harari berbicara NEXUS informasi, terbayang oleh saya NEXUS Sunnatullah. Hukum2 alam yang terdapat pada bermacam objek seperti: Pertalite biasanya terbakar oleh api, wanita bisa hamil, semua makhluk bernyawa akan mati, air mengalir ke tempat yang rendah, dan lainnya dapat diyakini bahwa kebenaran Sunnatullah sebenarnya berkumpul secara induktif pada suatu titik NEXUS. Kalau memang 1 titik NEXUS alangkah mudahnya bagi Allah menguasai Alam. Innallah ‘ala kulli syai’in qadir (Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu). Maha Kuasa karena hukum alam terikat pada 1 NEXUS. Ibarat tombol meteran listrik di rumah anda, tinggal menurunkan tombol, semua listrik dalam rumah akan padam.
  2. Informasi yang dibantu sebarkan oleh AI boleh jadi akan membuat teologi kita semakin ‘longgar’. Bagaimana kalau AI memberitahu anda bahwa Bapak anda yang sedang sakit akan meninggal nanti siang jam 12, 30? Ini khayalan pak Amhar saja. Tetapi Harari yang Yahudi itu pernah ngomong bahwa memang ‘Kematian’ katanya bisa dihindarkan, asalkan………. Saya tak yakin 1000%, tetapi yang saya yakini sendiri ialah kita Muslim bisa jadi tak kena kewajiban solat zuhur selama hidup, …selama hidup tak solat zuhur? Iya, dengan cara numpang pesawat pribadi terbang terus arah ke Timur sehingga posisi pesawat kita selalu dalam rentangan waktu sekitar pakul 9-11 siang hari. Akhirnya tak jatuh hukum taklifi pada kita, karena ada ayat: Aqimis sholah li dulukis Syams (Kerjakanlah solat (zuhur) setelah tergelincirnya matahari). Sementara Matahari tak pernah tergelincir dari pundak kita, lantas bagaimana mau solat zuhur? Pertanyaannya: siapa yang akan mau begitu?

Sekian dulu pembaca semua, terimakasih telah membaca, silahkan dikoreksi bila saya salah memahami istilah2 teknologi AI, semoga di masa depan anda menggunakan AI ke arah yang bermanfaat. Mohon maaf bila ada kata2 yang salah, pamit, Amhar Rasyid, Jambi.

*Silakan Share