Sungai Batang Merao Meluap Lagi: Eksploitasi Alam Berlebihan dan Buruknya Pengelolaan serta Kesadaran akan lingkungan.

Ketua Bidang Lingkungan Hidup IMM Kerinci, Soroti Penyebab Banjir

KERINCI- Lagi dan lagi banjir kembali melanda wilayah sekitar Sungai Batang Merao pada hari Kamis, 13/Maret/2025, dan ini menjadi tamparan keras bagi kita semua. Banjir yang terjadi bukan sekadar akibat cuaca buruk, tetapi merupakan konsekuensi langsung dari kelalaian manusia dalam mengelola alam, dengan penyebab utamanya adalah eksploitasi tambang galian C yang tak terkendali di hulu sungai, deforestasi yang terus berlangsung, dan pengelolaan sampah yang kacau oleh pihak berwenang. Kejadian ini adalah peringatan bahwa kita tidak bisa terus menutup mata terhadap kerusakan lingkungan yang sudah sangat jelas, dan saatnya para pihak yang terlibat untuk bertanggung jawab.

Sungai Batang Merao, yang dulunya menjadi sumber kehidupan bagi ribuan warga, kini berubah menjadi ancaman serius. Aktivitas tambang galian C di hulu sungai telah merusak ekosistem secara parah. Tidak hanya merusak struktur tanah dan meningkatkan erosi, penambangan yang berlebihan ini juga memperburuk daya tampung sungai. Ketika hujan datang, sungai yang sudah terkompromi kapasitasnya tidak mampu lagi menampung volume air, dan akhirnya meluap. Namun, apa yang lebih mengecewakan adalah kenyataan bahwa tambang-tambang tersebut tetap beroperasi tanpa pengawasan yang memadai dari pemerintah. Seolah-olah, keuntungan sesaat lebih penting daripada keselamatan dan keberlanjutan kehidupan masyarakat. Pemerintah daerah dan pihak berwenang seharusnya memiliki regulasi yang lebih tegas dan pengawasan yang lebih ketat terhadap kegiatan-kegiatan yang merusak lingkungan ini. Namun, tampaknya mereka lebih memilih untuk diam dan membiarkan kerusakan terus berlangsung.

Di sisi lain, deforestasi yang terjadi di wilayah hulu sungai semakin memperburuk keadaan. Penebangan hutan secara liar dan tanpa kontrol telah mengurangi kapasitas alam untuk menyerap air hujan, sehingga memperburuk aliran air yang berakhir di sungai. Kehilangan hutan mengurangi daya tampung tanah, meningkatkan erosi, dan memperbesar potensi terjadinya banjir. Praktik ini tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga memperburuk perubahan iklim yang kini menjadi ancaman nyata bagi seluruh dunia. Tindakan pemerintah yang lamban dalam menanggulangi deforestasi ini semakin memperburuk situasi. Mereka seharusnya lebih aktif dalam melakukan penghijauan kembali dan mencegah konversi lahan secara ilegal, namun hal itu belum terlihat dalam kebijakan mereka.

Yang lebih memprihatinkan lagi adalah masalah pengelolaan sampah yang buruk. Sampah-sampah yang menumpuk di berbagai tempat, dan bahkan yang terbawa masuk ke sungai, semakin memperburuk potensi banjir. Pengelolaan sampah yang tidak teratur dan tidak adanya tempat pembuangan akhir (TPA) yang memadai membuat masalah ini semakin rumit. Alih-alih memberikan solusi, pemerintah seakan abai terhadap masalah dasar yang seharusnya dapat diselesaikan dengan langkah-langkah yang lebih sistematis. Tanpa adanya upaya serius dalam pengelolaan sampah dan infrastruktur yang layak, sampah hanya akan menjadi penyumbat aliran air, memperburuk banjir yang sudah terjadi, dan mengancam kesehatan warga.

Malam tadi, banjir yang melanda adalah bukti nyata dari kegagalan pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan dengan bijaksana. Semua pihak yang terlibat dalam eksploitasi tambang galian C dan pihak yang membiarkan deforestasi tanpa pengawasan, seharusnya bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi. Lebih lanjut, pengelolaan sampah yang buruk menjadi aspek yang tak bisa dikesampingkan begitu saja.

Saatnya pemerintah, pengusaha tambang, dan masyarakat untuk menyadari bahwa kerusakan lingkungan yang terjadi ini bukan hanya merugikan satu pihak, tetapi seluruh lapisan masyarakat. Mengapa kita terus membiarkan alam yang memberi hidup, kita rusak demi keuntungan sesaat? Jika kita terus abai, bencana serupa akan terus terjadi, dan masa depan yang lebih buruk akan menanti. Kita membutuhkan kebijakan yang tegas, pengawasan yang ketat, dan komitmen nyata untuk menjaga keberlanjutan alam. Banjir malam ini seharusnya menjadi titik balik, bahwa kerusakan lingkungan yang terus dibiarkan akan menghancurkan bukan hanya lingkungan, tetapi juga kualitas hidup kita semua.

*Silakan Share