MALIN KUNDANG 17 AGUSTUSAN


Jambi, Jumat 16 Agustus 2024

Assalamu’alaikum wr,wb
Proklamasi, Kami ….bangsa Indonesia… dengan ini menyatakan KEMERDEKAAN INDONESIA….begitu kerasnya suara Bung Karno sehingga terdengar oleh Malin Kundang dari balik timbunan batu pasir di Pantai Air Manis, Kota Padang. Alhamdulillah….Horeeeee…bangsa Indonesia sudah merdeka kata Malin Kundang…bangsaku sudah berdaulat. Hati Malin Kundang sangat gembira, dia tidak lagi durhaka seperti dalam legenda, tetapi ia ingin cerdas, maka timbul dalam pikirannya untuk bertanya…apa arti 17 Agustus dan kemerdekaan? Negara mana di dunia ini yang memulai kemerdekaan? Orang menyebut nasional, apa arti nasionalisme? Pada titik mana nasionalisme didukung oleh Islam?

Anak2 muda mungkin banyak yang tak tahu..atau mereka sudah tahu tetapi pura2 tak tahu…karena ‘tahu-tempe’ habis dijual. Malin ingin bertanya pada ibunya, rupanya ibunya lagi tidur. Malin bertanya pada pak gurunya, pak guru juga sedang libur. Malin akhirnya bertanya pada Presiden Jokowi….eh rupanya Presiden sedang sibuk di IKN (Ibu Kota Negara) ngatur2 persiapan upacara bersejarah (besok pagi Sabtu 17 Agustus), mudah2 an dia tak lupa ‘membangun kubur’ untuk Pahlawan2 yang bakal gugur….biasanya Malaikat menanyai pahlawan2 cukup di KALIbata, nanti di KALImantan…lokasi kerja Malaikat dari kali ke kali…bagaimana kalau ada yang meninggal saat upacara 17 Agustus nanti? Mungkin Malaikat agak malu pergi kesana sebab saat upacara nanti Paskibraka wanita melepas jilbab dengan sukarela kata Kepala BPIP (Mantan Rektor pak Amhar di UIN Yogya). Kenapa dilepas? Mungkin jawabannya Nationaliteit Uber Alles! Demi keseragaman kata Yudian. Namun di pagi Kamis 15/8/2024 mereka diperbolehkan kembali memakai jilbab setelah media massa ribut, Cak lmin mengeritik, masyarakat memprotes dan otoritas MUI ‘unjuk gigi’.

Sekarang Malin Kundang bertanya pada pembaca: Pak/Buk/Abang/Ayuk/Adik yang terhormat. Malin ingin tahu apa arti 17 Agustus? Ada yang menjawab: 17 Agustus adalah hari kemerdekaan kita bangsa Indonesia dari penjajah. 17 Agustus diperingati setiap tahun sejak 1945 hingga….mungkin sampai hari kiamat. Kenapa mungkin, kenapa tak pasti? Sebab Allah Maha Mengetahui kapan akan berakhirnya segala sesuatu. Lantas kemerdekaan itu apa artinya? Kemerdekaan artinya kebebasan untuk mengurus/mengatur nasib bangsa kita sendiri, tidak lagi diatur oleh bangsa lain. Negara mana yang mula2 mengumandangkan kemerdekaan? Ada yang menjawab: Inggeris pada abad 17. Kemerdekaan Inggeris itu kemudian menginspirasi banyak bangsa2 di dunia, diikuti oleh Perancis, Amerika Serikat, sehingga bermuncullah negara2 baru dengan nama2 baru, batas2 wilayah baru, bendera baru, mata uang baru, kepala negara yang baru. Serba baru. Indonesia juga negara baru. Bila permukaan bumi ini seumpama sawah yang sangat luas, sawah tersebut kini retak2 karena kemarau, terbagi2, kavling2, tiap kavling ada tuannya sendiri2. Itulah kiasan rupa wajah nasionalisme di permukaan bumi.

Sebelum kemerdekaan 17 Agustus 1945, bagaimana keadaan di negeri kita? Dahulu pernah memerintah kerajaan2 besar seperti Majapahit dan Sriwijaya. Kemudian datang bangsa Belanda, mereka mendirikan perusahaan dagang namanya VOC, tetapi lama kelamaan Belanda menjajah negeri ini, semua diatur menurut kemauan Belanda, sebab itu negeri ini disebut Hindia Belanda dan tunduk pada Ratu Belanda di Amsterdam. Tetapi secara keislaman, negeri ini juga ‘berkiblat’ pada kekhalifahan Usmani di Turki. Banyak ulama dan jemaah haji pulang dari Mekah masih mendengar arahan dan inspirasi keislaman dari Turki. Artinya, ‘sikap’ nenek moyang kita terbagi dua: ada sikap pribumi yang dididik dengan tradisi kolonial Belanda, dan ada sikap setia religius pada Turki. Ya sikap terbagi dua: yang dididik Belanda menjadi golongan priyayi melek huruf alias ambtenaar (cikal bakal PNS), dan yang menjauh dari kolonialis menjadi santri. Maka Clifford Geertz membagi adanya 3 segmen sosial dalam bukunya Religion of Java: Priyayi, Santri dan Abangan. Hingga kini banyak orang Indonesia melihat posisi sosial priyayi itulah sebagai barometer suksesnya jenjang akademik. Bila seseorang tamat S3 tetapi tak memangku jabatan, akan dinilai kurang sukses…dari kaca mata mereka yang terobsesi oleh status priyayi warisan kolonialis….bahkan di UIN Jambi kini. Sementara di UI, Gadjah Mada dan Unpad terdengar berita bahwa banyak guru besar yang ditawari jabatan struktural akademik, (Dekan atau lainnya) semua pada menolak, biarlah teman yang lain saja kata mereka dengan rendah hati, mungkin ini perlu dicontoh! Sebab sudah tua usia kemerdekaan kita 1945-2024=79 tahun (kakek), sementara mentalitas priyayi kita tak lekang karena panas, tak lapuk kena hujan.

Selanjutnya Malin Kundang terus bertanya: arti nasionalisme itu apa? Nasionalisme artinya paham kebangsaan. Maksudnya kita sadar diri sebagai bangsa merdeka untuk hidup bersama, satu negeri, satu bahasa, satu bangsa. Kenapa tidak satu agama? Jangan…nasionalisme itu bukan ajaran dibawa oleh Nabi, ia awalnya adalah ide orang Barat, tetapi para ulama membolehkan kita berpaham nasionalisme. Nasionalisme adalah ‘seni’ hidup bernegara, dasar hukumnya boleh jadi ‘bara’ah ashliyah’ (segala sesuatu boleh hinggga ada muncul larangannya). Untuk menjaga keutuhannya adalah fardhu kifayah (kewajiban bersama).

Nasionalisme berisi pemikiran, cita2 dan ideologi untuk hidup bersama dalam satu ‘rumah’ meskipun berbeda keyakinan dan agama. Satu rumah? Ya satu rumah, satu keluarga, satu cita2. Negara Indonesia itu mirip satu rumah, satu keluarga besar, maka harus kita jaga bersama, pertahankan bersama…apakah mau Malin Kundang rumahnya roboh dan hancur? Coba lihat negara Palestina dan Israel, rumah mereka hancur, tidak aman, dibom, ditembaki, maka rumah kita Indonesia ini harus kita amankan bersama. Bila tidak ada rumah Indonesia, lantas kita tinggal dimana? Ke Singapur? Diusir. Ke Malaysia jadi pendatang haram. Maka rawatlah Indonesia rumah tempat kita bermain, berniaga, berpolitik, beribadah, dan tempat mengelola tambang ala NU dan Muhammadiyah.

Malin Kundang juga heran mengapa Indonesia ini luas sekali? Kata buku sejarah, dahulu Kolonialis Belanda pernah menguasai Nusantara dari Aceh hingga Irian Barat, maka dalam sidang BPUPKI diputuskan bahwa semua wilayah bekas jajahan Kolonialis Belanda jatuh kepada Republik Indonesia….walapun lrian Jaya resmi menjadi provinsi ke 26 pada tanggal 1 Mey 1963…..hahaaaa tertawa gembira Malin Kundang…itulah akibat Belanda tamak, rakus….wilayah jajahannya juga luas sekali. Ya Belanda pernah mengusir Inggeris keluar dari Bengkulu, Belanda usir Portugis dari Timor…maka akibatnya luas sekali wilayah kita, kenapa lupa mengusir Inggeris dari Kalimantan Utara terutama Brunei? Mungkin Belanda lupa atau bau minyak belum tercium oleh hidungnya, untunglah Pantai Air Manis di kota Padang masih aman untuk Malin Kundang bersembunyi di bawah pasir hingga kini.

Pertanyaan yang paling penting diajukan Malin Kundang ialah di mana titik singgung antara nasionalisme dan Islam? Nah ini berat jawabannya. Pak gurunya yang masih libur termenung. Ada yang menjawab dengan Hadis katanya: Hubbul Wathan minal Iman (Cinta tanah air adalah sebagian dari iman). Kata siapa? Orang bilang itu adalah nasionalismenya Thariqat Shiddiqiyah yang dipimpin oleh K.H. M Mukhtar bin H. Much Mu’thi (Kiyai Tar) di Jombang, Jawa Timur yang dahulu juga pernah menjadi murid Syeikh Syueib Jamali al-Banteni. Ulama bilang Hadis Cinta Tanah Air itu adalah Hadis palsu, bukan dari Nabi.

Sekarang begini saja Malin kata pak gurunya yang sudah pulang dari libur. Proklamasi 17 Agustus boleh kita peringati tetapi jangan dikultuskan. Diperingati agar kita bersatu menjaga kedaulatan negara kita. Jangan dikultuskan artinya jangan dipercayai pula cinta tanah air sebagai bagian dari Iman. Rukun Iman hanya 6. Nabi Muhammad saw tidak pernah menentukan batas2 negara semasa hidup, dia hanya membuat Piagam Medinah yang berisi perjanjian antara berbagai warga Medinah (Muslim, Kristen, Yahudi) untuk hidup damai bersama. Maka ‘DAMAI’ itulah pesan Nabi pada kita.

Ya Damai…jangan karena berbeda agama lantas kita saling berperang, nanti roboh rumah kita. Berbeda keyakinan itu wajar, sebab sebelum Nabi Muhammad lahir, orang Arab sudah berbeda keyakinan juga, maka terima sajalah kini sebagai suatu kenyataan hidup. Bukan perbedaan yang harus ditonjolkan pada orang lain, tetapi ‘kebersamaan’ untuk bekerja, ada hasil, ada kemajuan, ada peradaban yang dibangun bersama menurut kaum Post Modernist, maka yang harus selalu dicari adalah ‘titik temu’ untuk bekerja bersama, sebab Kesepahaman kata filosuf Gadamer lebih dahulu munculnya dari TAK kesepahaman. Dalam dunia muda mudi, I love you lebih dahulu terucapkan dari pada I hate you…artinya ada kesepahaman lebih dahulu kemudian cekcok. Kesepahaman timbul karena bersatunya hati, cekcok timbul karena remuknya hati. Pisah suami-isteri memilukan hati. Hidup bernegara juga demikian.

Ada lagi pertanyaan yang lebih penting dari Malin Kundang. Doa usai solat ‘idfa’ ‘annal ghala’ wal waba’….min baladina hadza khaasssah wa min buldanil Muslimina ‘aaammmah’ (jauhkan bencana dari negeri kami saja, Indonesia, dan negeri2 Muslim lainnya), itu bagaimana pak guru? tanya Malin Kundang. Doa itu bagus pada tujuannya, tetapi itu doa nasionalisme yang sudah usang, sementara kita di zaman modern ini hidup dengan orang lain saling ketergantungan. Contoh, bila Ukraina perang dengan Russia, ladang gandum hancur, petani Ukraina takut. Akibatnya tepung gandum import untuk bahan pembuat mie mahal di Indonesia, sementara anak2 kita lapar pingin makan mie.

Demikian pula bila kita tidak mendoakan Jepang, dan negara2 Eropa pembeli minyak sawit kita, maka suatu saat karena tidak ikut dido’akan, boleh jadi negara2 tersebut dilanda musibah, tsunami misalnya, akhirnya mereka tidak membeli minyak sawit (CPO), lantas petani sawit kita hidup susah, cicilan kredit bank jadi macet, cicilan kredit mobil/motor macet. Mengapa negeri2 non Muslim tidak dido’akan oleh ustaz dan imam masjid, padahal Allah itu Rabbul ‘alamin (Tuhan sekalian alam), bukan Rabbul Muslimin/Indonesiin saja. Maka sadarilah, eloklah kita saling mendoakan pada kesejahteraan bersama, walau tidak seagama. Lantas bacaan doa warisan semacam itu mau diapakan lagi pak guru? Ya diformat ulang, lafaznya lebih diarahkan untuk sejahtera bersama. Lafaz do’a yang asli dari ayat al-Qur’an jangan diformat ulang pula. Berdo’alah untuk kebutuhan kita, kebutuhan anak2 kita, jangan hanya mengulangi doa orang zaman dahulu, sebab kepentingan kita sudah berbeda. Doa itu kan permintaan hamba pada Yang Maha Kuasa. Merdeka Indonesia, merdeka berdo’a. Indonesia merdeka, kok doa (permintaan) kita tidak merdeka? Betulkan Malin?

Demikianlah rasa ingin tahu Malin Kundang pada arti hari kemerdekaan. Maaf terlupa menjelaskannya, Malin Kundang itu terdiri dari dua kata: Malin artinya orang yang berilmu pengetahuan dan Kundang artinya ‘terpakai’/dibawa terus/lengket, menurut penjelasan Ustaz Zuhri Idris (ulama Minang di Betawi). Malin yang semula durhaka pada ibu, sekarang nampaknya juga tak ingin durhaka pada IBU PERTIWI. Malin sudah religious dan patriotic, anda bagaimana? Sekian, terimakasih sudah sudi membaca tulisan ini, mohon maaf bila ada kata2 yang salah, wassalam, pamit, Amhar Rasyid, Jambi. SELAMAT HUT KEMERDEKAAN KE 79.

*Silakan Share