Arah Gerakan Kader Ikatan

Oleh : IMMawan Taufik Halim Pranata

Dalam ilmu fisika, gerak didefenisikan sebagai perubahan tempat atau kedudukan baik hanya sekali maupun berkali-kali. Hukum gerakan dalam sains sangatlah nyata dan dapat diukur, sebatas mana sebuah benda mampu bergerak tergantung dari energi penggerak yang mendorong benda tersebut. Artinya gerak bukanlah suatu hal yang berdiri sendiri tanpa adanya sebab-sebab yang mampu menimbulkan akibat geraknya.

Kader ikatan yaitu organisasi pergerakan kepemudaan yang memiliki gerakan dalam mewujudkan suatu tujuan dan cita-cita organisasi. Kader adalah seorang yang di persiapkan untuk meneruskan dan melanjutkan estafet kepemimpinan sebuah organisasi. Dengan tujuan apa? Yakni dipersiapkan untuk menjadi kader bangsa, menjadi pemimpin masa depan yang lebih baik. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan organisasi pergerakan yang ada di kalangan mahasiswa yang menjadi wadah pembentukan kader-kader ikatan dan bangsa. Perpindahan dari ide, gagasan sampai kepada aksi merupakan gerakan yang secara berkesinambungan sama halnya dengan hukum gerak dalam fisika yang bisa diukur dan ditentukan sejak dari memulai sampai kepada tujuan cita-cita organisasi.

Konsep Arah Gerak adalah perpindahan, perubahan maju, mundur naik atau turun. Sebuah benda dapat dikatakan bergerak apabila mengalami perubahan posisi dari suatu titik acuan. Gerak kader ikatan saat ini bisa dibilang gerak yang tidak beraturan. Karena dilihat dari kacamata awam penulis terjadi perbedaan apa yang tertulis dengan apa yang terjadi.

Kader ikatan yang sejatinya memiliki misi gerakan dalam membangun bangsa Indonesia yang berdasarkan kecakapan intelektual, agar nantinya menjadi pemimpin yang berkarakter dan berakhlak mulia, tidak sewenang-wenang serta tidak menyalahgunakan kekuasaan. Namun sepertinya arah gerak kita malah sebaliknya. Dari atas kebawah, gerak jatuh. Dari depan ke belakang, mundur. Dari positif ke negatif, degradasi nilai.Perubahan arah gerak yang tidak menuju cita-cita merupakan bentuk kegagalan.

Organisasi kemahasiswaan sudah sepatutnya berorientasi pada gerakan mahasiswa sebagai ujung tombak yang runcing mampu menusuk dalam kepada jantung permasalahan peradaban saat ini. Mahasiswa selain dituntut untuk kuliah sesuai dengan bidang studi mereka masing-masing, tidak bisa dielakkan juga bahwa mahasiswa adalah penerus peradaban memimpin regenerasi kepemimpinan kemudian hari.

Mahasiswa haruslah membudayakan tradisi berfikir kritis terhadap isu-isu yang menyangkut kepentingan masyarakat dan lingkungannya. Bukan malah terlena akan cita-cita dan obsesi diri sendiri, yang hanya akan menjadikan penindas baru dalam alur sejarah peradaban. Mahasiswa sebagai kalangan yang mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas, tentunya akan sangat berbahaya jika di jadikan alat untuk menguasai golongan lemah atau minim ilmu pengetahuan karena keterbatasan akan daya upaya untuk ikut serta menuntut ilmu. Maka dari itu mahasiswa haruslah berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan.

Jika organisasi kemahasiswaan dianggap sebagai sebuah kapal umpamanya, maka para Kader adalah Nahkoda, masinis, juru mesin, juru mudi, juru masak, dan sebagainya. Untuk berlayar dengan selamat sampai pada tujuannya, tentu haruslah peran-peran dari seluruh awak kapal dapat bekerja dengan baik sesuai dengan peran yang telah ditentukan. Bukan malah saling berbuat siasat untuk mencapai tujuan sendiri, egoisme individu yang mengorbankan keselamatan bersama.

Mengutip dari buku Bergeraklah Mahasiswa karya Eko Prasetyo menyatakan, bahwa Egoisme bukan sandaran hidup manusia. Tiap diri dititahkan untuk membantu dan membela sesama. Hidup dengan prinsip melayani sebagaimana petuah Cina: ‘wangi mawar selalu tertinggal di tangan yang memberimu mawar’ Perjuangan untuk melayani itulah yang kini benar-benar diuji terutama di tengah masyarakat yang kian lama kian menakutkan, didasari oleh pandangan absolut dengan kekuatan pemaksa yang luar biasa wewenangnya.

Karena selain kekuasaan, kini organisasi kemahasiswaan juga melakukan penindasan pada golongan yang berlainan dengan menghimpun keyakinan ekslusifnya dengan memberi garis batas pada yang lain. John Rawls sebut fenomena tersebut sebagai Tirani Ketidak-pedulian. Seperti sebuah takdir sosial, dikarenakan tiap orang tak punya gambaran pasti mengenai masa depan, maka anugrah ‘kebebasan’ dan ‘kemerdekaan’ tak bisa digunakan untuk menindas yang lain.

Arah Gerak Kader Ikatan harus diluruskan dan di kembalikan pada jalur yang benar dan satu. Sebagaimana Kereta dengan seorang masinis yang menentukan kecepatan laju yang aman. Dan menarik setiap gerbong yang bergandengan dengannya, dalam satu rel yang benar.

Tidak meninggalkan suatu gerbong yang bertentangan pandang, begitupun penumpang harus percaya pada masinis. Maka seorang masinis yang handal adalah masinis yang mampu mempersatukan bukan malah membelah-belah. Kuat dan berpengaruh sehingga dapat menarik seluruh gerbong penumpang serta barang-barang yang penuh dengan pekerjaan peradaban. Penuh tanggungjawab, rela berkorban demi keselamatan seluruh anggota yang ada pada setiap gerbong. Sehingga kita dapat bersama-sama mencapai tujuan dengan selamat.

Kiranya kutuliskan ini karena kata-kata dengan lisan terlalu abstrak, berlalu dan jarang berbekas. Maka aku tulis ini untuk memberi sedikit goresan pada ikatan kita pada saat ini yang “carut marut” seperti kucing yang saling berebut wilayah kekuasaan cakar mencakar sesama. Bahkan sampai ‘mengencingi’ tiap tempat.

Tentunya kita yang merasa intelektualitas, religiusitas dan humanis merasa tersinggung dengan keadaan yang seperti itu. Anggaplah ini proses menuju kedewasaan dan jangan pula kita terjebak pada proses pendewasaan yang berlalut-larut pada kepentingan pribadi maupun kelompok tertentu. Segeralah kita beranjak untuk lebih maju dan lebih tinggi. Itulah yang disebut “Gerak Juang”.

 

*Silakan Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *