SUNGAI PENUH – IDEAA.ID || Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci memasuki era baru dengan kepemimpinan yang lebih inklusif dan berorientasi pada prinsip moderasi. Rektor baru, Dr. Jafar Ahmad, M.Si., menegaskan komitmennya untuk menjadikan IAIN Kerinci sebagai pusat pendidikan Islam yang terbuka, profesional, dan menjunjung tinggi keberagaman. Hal ini ditegaskan dalam pelantikan tiga Wakil Rektor (Warek), Dekan, serta Kepala Lembaga yang berlangsung di Aula Rektorat pada Selasa (18/2/2025).
Pelantikan ini bukan hanya sekadar pergantian pejabat, tetapi sebuah pernyataan sikap bahwa IAIN Kerinci akan dikelola berdasarkan prinsip kebersamaan, meritokrasi, dan profesionalisme, bukan kepentingan kelompok atau golongan tertentu.
“Kampus ini adalah rumah bagi semua, tanpa memandang latar belakang organisasi atau kelompok tertentu. IAIN Kerinci akan dikelola secara inklusif, dengan nilai-nilai moderasi sebagai fondasi utama,” ujar Jafar Ahmad dalam pidatonya.
Dalam pelantikan kali ini, berbagai figur dari latar belakang akademik yang beragam dipercaya untuk menduduki posisi strategis. Tidak ada dominasi satu kelompok tertentu, melainkan kombinasi yang mencerminkan keterbukaan kampus terhadap semua elemen Islam yang ada.
Berikut adalah nama-nama yang dilantik:
✅ Dr. Faizin – Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kelembagaan
✅ Prof. M. Jamin – Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan
✅ Dr. Halil Khusairi – Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Tak hanya itu, sejumlah akademisi dari berbagai latar belakang juga dipercaya mengemban amanah:
🔹 Dr. Norman Ohira – Wakil Dekan III Fakultas Adab dan Dakwah
🔹 Prof. Usman – Kepala LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat)
🔹 Dr. Zuhdi – Wakil Direktur Pascasarjana
Kombinasi ini membuktikan bahwa kepemimpinan baru tidak hanya diisi oleh satu kelompok tertentu, tetapi benar-benar berbasis profesionalisme dan meritokrasi.
Pelantikan ini juga menjadi jawaban telak terhadap spekulasi liar yang sempat dimainkan oleh pihak-pihak tertentu yang mencoba mempolitisasi kepemimpinan IAIN Kerinci. Sebelumnya, muncul isu bahwa rektor akan lebih condong ke satu kelompok tertentu, namun dengan komposisi kepemimpinan yang ada, spekulasi itu terbantahkan.
“Saya tidak ingin ada sekat-sekat organisasi dalam pengelolaan kampus ini. Semua yang diangkat hari ini adalah orang-orang yang memiliki kapasitas, bukan karena afiliasi tertentu. Prinsip moderasi yang kita junjung adalah keterbukaan dan meritokrasi,” tegas Jafar Ahmad.
Sikap ini selaras dengan visi nasional tentang Islam moderat dan kampus sebagai tempat berkembangnya pemikiran yang inklusif serta terbuka terhadap keberagaman.
Bahkan, dalam beberapa kesempatan, Jafar menekankan bahwa kampus bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga ruang untuk mengembangkan wawasan kebangsaan yang luas.
Selain menegaskan prinsip moderasi dan keterbukaan, Jafar Ahmad juga menargetkan sejumlah inovasi akademik. Ia ingin menjadikan IAIN Kerinci sebagai institusi yang adaptif terhadap perkembangan zaman, termasuk dalam digitalisasi pendidikan dan penguatan riset.
“Kami ingin IAIN Kerinci menjadi kampus yang mampu mencetak lulusan berdaya saing tinggi, baik di dunia akademik maupun di sektor profesional lainnya. Untuk itu, kami akan mendorong penguatan riset, pengembangan digital learning, serta kolaborasi internasional,” ungkapnya.
Dalam pidatonya, Jafar Ahmad juga mengingatkan bahwa jabatan di kampus bukanlah sekadar posisi prestisius, melainkan amanah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab.
“Mereka yang hari ini dilantik bukan hanya dianggap kompeten, tetapi juga harus menjaga kepercayaan yang diberikan. Kepemimpinan bukan sekadar status, tetapi tanggung jawab besar dalam membangun masa depan IAIN Kerinci,” ujarnya.
Pesan ini menjadi penegasan bahwa di bawah kepemimpinannya, IAIN Kerinci tidak akan menjadi ajang politik kelompok tertentu, tetapi benar-benar berorientasi pada kepentingan akademik dan kemajuan institusi.
Kebijakan rektor dalam membangun kepemimpinan inklusif mendapat respon positif dari kalangan mahasiswa dan akademisi. Banyak yang mengapresiasi keberanian Jafar Ahmad dalam menolak praktik politisasi kampus dan memilih jalur moderasi.
“Kami melihat bahwa kebijakan rektor sangat berimbang. Tidak ada favoritisme dalam pemilihan pejabat baru. Ini langkah baik untuk menjaga keseimbangan di kampus,” ujar salah satu mahasiswa IAIN Kerinci.
Dosen senior di IAIN Kerinci juga menyambut baik pelantikan ini.
“Rektor menunjukkan keberanian besar dengan membuktikan bahwa kepemimpinan kampus harus berbasis meritokrasi, bukan afiliasi kelompok tertentu. Ini langkah yang perlu didukung bersama,” kata salah satu dosen yang hadir dalam pelantikan.
Pelantikan jajaran pimpinan baru di IAIN Kerinci menjadi sinyal kuat bahwa kampus ini akan dikelola secara inklusif, profesional, dan menjunjung tinggi prinsip moderasi.
Rektor Jafar Ahmad telah menunjukkan bahwa ia berkomitmen membangun kampus tanpa sekat-sekat politik dan organisasi, melainkan berbasis kompetensi serta nilai kebersamaan.
Dengan kepemimpinan baru ini, IAIN Kerinci diharapkan semakin berkembang sebagai pusat pendidikan Islam yang tidak hanya religius, tetapi juga adaptif terhadap perubahan zaman dan berperan dalam mencetak generasi intelektual yang unggul.(*)