QURBAN dari Prof. Quraysh Shihab Hingga Cerita Rakyat

Oleh: Amhar Rasyid

Kali ini sesuai dengan konteks waktunya kita membicarakan tentang Qurban tetapi khusus dari pandangan Prof. Quraysh Shihab ditambah dengan Cerita Rakyat agar anda senang membacanya. Sebetulnya memang bahannya sudah ada dalam YouTube tetapi saya hanya ingin lebih mensosialisasikannya kepada anda dengan bahasa saya yang agak bersifat akademik. Tujuannya, bukan hanya untuk memahami makna berqurban, tetapi bagaimana cara Prof. Quraysh menjelaskan ibadah Qurban kepada kita dan apa nilai2 yang disisipkan oleh guru besar tersebut, terakhir apa implikasinya bagi kehidupan urban. Selamat membaca!

Sebagaimana biasa Prof. Quraysh selalu menjelaskan sesuatu dari segi bahasa. Kata ‘adha’ dalam bahasa Arab, menurut Prof. Quraysh, berasal dari kata ‘dhahha’ yang berarti berqurban. Secara etimologis, qurban berasal dari kata ‘qurb’ yang berarti ‘dekat’ lalu mendapat imbuhan ‘an’ (qurban) sehingga imbuhan itu mempunyai arti ‘sempurna’, atau ‘sangat’. Jadi kata, qaraba, yuqaribu, qurbanan, qaribun, yang berarti dekat. Teman ‘karib’ adalah teman dekat. Sedangkan kata ‘akrab’ biasanya dipahami orang sebagai ‘paling dekat’. Ini mirip dengan superlative degree dalam bahasa Inggeris, sementara orang Minang menyebut teman akrabnya dengan ‘Konco Palangkin’. Kata ‘palangkin’ artinya aspal. Artinya teman (konco) paling lengket mirip lengketnya aspal.

Bagaimana bila nama seseorang mendapat imbuhan kata ‘an’, misalnya Gibran..apa yang sangat atau perfect pada nama tersebut? Nampaknya setelah saya Googling, tidak ditemui arti kata Gibran dalam bahasa Jawa, tetapi hanya ada dalam bahasa Arab yang berarti ‘memulihkan/memperbaiki’. Orang tuanya memberikan nama Gibran (Jibran) yang berarti anak yang bakal punya rasa simpati dan tanggung jawab yang besar, anak yang diharapkan akan membela nama keluarga. Gibran juga berarti ‘hadiah’ dalam buku berjudul Nama-Nama Islami Untuk Si Buah Hati karangan Rini Nurul. Sementara kata Ammar artinya berumur panjang, kata Rini, yang jujur, yang murah hati, yang serius. Nah kalau nama Amhar? Kata guru bahasa Arab saya di Mesir, sambil ketawa dia bilang Amhar dari kata ‘Muhr’ (anak kuda kecil yang suka lompat2/pony): ternyata memang lompat2 dari Yogya ke Mesir, ke Canada, akhirnya….. ke Jambi. Marilah kita besok berqurban dengan hewan yang me-lompat2!

Selanjutnya dijelaskan pula oleh Prof. Quraysh bahwa Qurban adalah menyembelih hewan di hari raya ‘Iedul Adha sebagai salah satu ibadah umat Islam untuk mendekatkan dirinya kepada Allah. Sebab, katanya, manusia ini umumnya punya sifat ‘suka harta’, maka berqurban adalah ibadah yang akan mengurangi sisi negative sifat tersebut. Kata Prof. Quraysh: manusia asalnya dekat dengan Allah, tetapi karena berdosa, manusia kemudian menjauh dan semakin menjauh. Manusia yang sadar tentu akan merasa berhutang budi pada Allah, dia rela berqurban (mendekat). Maka semakin besar nilai hewan yang diqurbankan, akan semakin tinggi pula nilai ‘mendekatnya’ kepada Allah. Jadi berqurban, mengandung makna kesetiaan, kebaktian. Contoh kesehariannya, katanya, bila anda naik kendaraan dan ‘terpaksa’ menunggu di lampu merah agar orang lain bisa jalan duluan, maka ‘terpaksa’ itu artinya anda telah ‘berkorban’ meskipun berkorban waktu. Sebab bila anda tak rela ‘berkorban’ demikian, maka akan terjadi kemacetan, kacau balau, masing2 egois, selfish. Nampaknya Guru Besar ini ingin membuktikan kepada kita, terutama anda yang muda2, betapa secara empiric berkorban demi orang lain sebenarnya sangat diperlukan demi keuntungan bersama. Di dalam ber’qurban’ ada khusus terselip akhlaq moral katanya. Sementara, bagi saya, nampak Pancasila sangat umum hanya menyebut.

*Silakan Share