OTAK, NALAR dan LOGIKA

JAMBI – IDEAA.ID || Walaupun Pilpres sudah di ambang pintu, saya masih menghindar untuk membicarakan kasak kusuk politik. Urusan politik sebenarnya urusan kekuasaan, dan politikus sebenarnya bukanlah yang orang yang paling pintar tetapi orang2 yang ingin dianggap pintar, buktinya ada calon wapres seusia anak/cucu kita. Kekuasaan cenderung mencari siapa menang, siapa kalah: akhirnya rakyat terbelah. Sikap saya tak rela kita terbelah, ingin selalu bersama anda semua, saya ingin mencari teman bukan mencari lawan. Lebih bijak dalam hidup mencari ‘titik temu’ bukan mencari ‘titik beda’. Jadi sekarang lebih baik kita singgung soal politik di penghujung saja…terserah awak nak kata apeeee? kt orang Malaysia. Melihat judul, kata Otak, Nalar dan Logika sebenarnya satu rumpun, saling terkait, tetapi dalam percakapan sehari-hari kita sering rancu menggunakannya.. Saya sadar diri bukan ahli neurosains, tetapi ingin menjelaskan pada pembaca semua arti kata-kata di atas dalam kaitannya dengan kehidupan beragama, dan sedikit nyenggol politis, semoga bermanfaat. Seandainya anda sibuk, kembalilah suatu saat nanti buat baca2 tulisan kecil ini dan mari berikan kritik dan saran. Saya sudah disarankan oleh teman2 simpatik agar tulisan tiap Jum’at ini yang lebih menjangkau level ‘pengetahuan menengah’. Good idea. Tq. Coblos!

Mari kita mulai. Otak adalah kata benda, bukan kata kerja atau kata sifat. Otak kita adalah struktur pusat pengaturan. Otak adalah benda yang punya volume 1.350cc, punya berat sekitar 3 pon dalam bentuk 100.000.000.000 (milyar) sel saraf yang disebut neuron. Otak terletak di dalam kepala, dibungkus oleh rongga tengkorak yang disebut cranium. Di dalam cranium, otak dibungkus lagi oleh selaput otak yang kuat/dilaminating menurut saya. Otak adalah computernya badan, mati computer seluruhnya lumpuh berpikir. ‘Tak punya otak? Itu lain lagi artinya, itu istilah orang awam, kita tidak pakai di sini, tidak ilmiah. Orang Mesir bila marah disebutnya ‘Ma fiisy mukh’(Dak punya otak), artinya istilah semacam itu merata di mana2. Maka tidak benar istilah ‘otak kosong’, ‘otak kotor,‘’otak miring’, ‘otak udang’, itu semua istilah awam, tidak ilmiah. Orang Palembang malah makan ‘otak-otak’, makan ‘kapal selam’ dan mengunyah ‘molen’.

Apa pula arti Nalar? Menurut Kamus Besar B. Indonesia, Nalar adalah kegiatan berpikir yang logis/masuk akal. Jadi Nalar bukan kata benda, tetapi kata kerja/fi’il. Nalar, menurut saya, mirip dengan mesin mobil/motor di saat ia hidup. Bila otak kita umpamakan mesin mobil/motor, maka Nalar adalah memutar kunci kontak ke kanan/menekan tombol start agar ‘mesin’ hidup. Jadi Otak dan Nalar berbeda. BerNalar adalah mengaktifkan Otak. Maka istilah ‘Tak punya otak’ bagi orang awam nampaknya berarti kita diomeli karena tidak mengaktifkan nalar dari otak menurut persepsi mereka. Misalnya karena anak muda pakai knalpot bising.

Lantas Logika itu apa? Logika berasal dari kata Yunani ‘Logos’ artinya ‘ilmu’. Logika adalah pikiran yang benar (menurut akal). Logika juga diartikan ilmu berpikir, ketrampilan berpikir. Jadi logika adalah kata benda, nalar adalah kata kerja. Logika adalah juga jalan pikiran yang masuk akal. Logika itu mirip lapangan bermain, semakin luas Logika, semakin luas/cepat Nalar bisa bekerja. Logika boleh jadi hasil dari berbagai pengalaman hidup, Logika Prabowo tentu lebih luas dari Logika Gibran, sehingga Nalar Prabowo jelas unggul dari Nalar Gibran, tetapi Logika Ganjar belum tentu seluas Logika Mahfud, demikian pula Logika Anies dan Muhaimin. Yang pasti, Logika dan Nalar politik mereka tak sebanding dengan Logika dan Nalar kita terutama dalam soal kasak kusuk Pilpres 2024 ini. Anda setuju? Boleh iya, boleh tidak. Coblos!

Dari 3 defenisi di atas nampak beda antara Otak, Nalar, dan Logika. Otak = kata benda, Nalar = kata kerja, dan Logika = hasil. Bila sudah jelas bedanya, mari kita lanjutkan lebih dalam lagi ke dalam masalah agama. Bila anda solat, berdoa kepada Tuhan, anda sebetulnya sudah punya Otak, tetapi jarang menggerakkan Nalar sehingga sulit berbuah Logika. Bagi saya ada Logika solat. Solat itu menurut saya/beda dengan ustaz, ibarat 5 pasang baju seragam (uniform) suci dikirim Tuhan langsung dari langit. Solat itu bukan ‘baju’ bikinan Muhammad saw tetapi sudah ‘built in’ dari tempat Super Suci. Kita harus pakai baju seragam itu tiap masuk waktunya. Sebelum memakai baju seragam itu, menyarungkan kaki dan tangan, kita wajib bersih dan suci. Bila diNalar, solat itu adalah baju khusus yang harus diganti 5x sehari semalam, dan memakainya dalam waktu terbatas. Haram memakainya di luar waktu yang ditentukan Tuhan. Nalar akan bilang spesial sekali solat itu. Ini yang jarang dipahami oleh anak2 muda. Perlu Logika solat yang lebih luas, yaitu Logika anak muda modern yang mengatakan solat itu 5 lembar baju suci kiriman Tuhan. Pakailah untuk menghadap TuhanMu!! Lebih dari baju astronot, solat adalah baju yang transparan/bening/tembus pandang mulai dari Otak hingga Qalbumu semua terlihat oleh Tuhan. Solat itu baju yang membawamu ke situasi yang super berbeda, baju ‘tahan api …..neraka’. Dikirimi baju khusus kok ada yang bilang paksaan? Cobalah di Nalar dan kerjakan! Tapi pahami Logika bacaan solatmu!

Selain Logika solat, ada lagi Logika Do’a. Banyak doa2 dibaca di mesjid habis solat yang kita tak ngerti artinya dan sudah tidak relevan dengan kondisi sosio-ekonomi politik sekarang. Contohnya, sebagaimana telah disinggung beberapa kali, doa Imam….idfa’ ‘annal ghala’ wal waba’ wal fahsya’ min baladina haza khaaasssah (jauhkan bala dari negeri kami saja/Indonesia)…bagaimana kalau bala menimpa Amerika? Dollar Amerika jatuh, Rupiah jelas turut ambruk ke level terendah…sawit tak ada harganya, lantas dengan apa kita mau bayar cicilan kredit bank, cicilan mobil, biaya rumah tangga? Jadi hidup kita di zaman modern saling ketergantungan, saling terkait dengan non-Muslim, maka do’a seharusnya do’a buat semua, agar sama-sama sejahtera, jangan hanya doa untuk kita saja. Ini Logika penting diketahui terutama bagi adik2 muda, laki2 dan perempuan. Bila anda bertanya: apakah boleh do’a dirobah? Boleh. Bacaan solat memang tidak boleh dirobah, tetapi bacaan do’a sesuai kebutuhan kita…namanya juga do’a (permintaan). Bacaan dan tata cara solat memang sudah baku diajarkan Nabi, tetapi bacaan do’a tidak baku semuanya. Kita hanya wajib mengikuti Imam dari Takbir hingga Salam, sesudah itu..terserah! Do’a usai solat mirip dengan rangkaian kereta api/spur. Solat itu ibarat lokomotif, dan gerbong paling belakang ibarat do’a. Lokomotifnya sudah baku dari pabrik memang isinya untuk masinis saja, tetapi gerbong paling belakang boleh ditumpangi apa saja sesuai kebutuhan.: ya kambing, sayur, ubi, dll. Logika Aneh, kok ‘do’a/permintaan’ tidak pernah berobah selama berabad-abad? Pentingnya Nalar. Coblos!

Apakah analisa semacam ini memang sudah tepat? Saya kira sudah. Maka ayat al-Qur’an ‘tafakkaru..’artinya..’Gerakkanlah Nalarmu!, aktifkan 100.000.000.000 ((milyar) sel saraf neuron dalam kepalamu! Ini jenis amal usaha tingkat tinggi, sangat intelektual, sebab kita disuruh mengaktifkan yang ada dalam kepala, bukan lagi bicara sederhana tentang pusat/udel ke bawah. Maka beribadah juga harus berNalar. Solat minta hujan (Istisqa’) karena kemarau panjang dan asap harus diNalar lebih dahulu, jangan cuma karena alasan disuruh Nabi, sebab Muhammadiyah sudah pikir2, dalam beberapa kasus, untuk tidak melaksanakan solat Istisqa’, boleh jadi kebakaran hutan dan kemarau panjang diduga akibat ulah tangan jahil manusia dan konglomerat yang membakar lahan di luar Jawa untuk perkebunan. Bila tidak dinalar solat Istisqa’, kita bakal di’tertawakan’ orang…’tuh umat Islam sudah pada sembahyang’ katanya sambil mencibir, boleh jadi mereka yang bakar hutan. Artinya, perlu diNalar Logika ecology.

Kalau begitu, bagaimana solusi ke depannya? Pertama, arti setiap kata Arab, setiap ayat yang dibaca haruslah dimengerti sendiri, buka Google! Kedua, perluas wawasan dengan membaca kitab tafsir al-Qur’an, boleh milik Departemen Agama, atau Quraysh Shihab (Tafsir al-Misbah) boleh juga tafsir al-Azhar oleh HAMKA, dsb. Ketiga, bandingkan tafsir ini dengan tafsir itu pada ayat yang sama, biar Logika kita makin luas/berbobot, memperoleh perbandingan cakrawala. Hasilnya Logika dalam memahami agama akan semakin berbobot.

Di penghujung tulisan ini, kita senggol sedikit Nalar dan Logika politik karena momentnya tepat. Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, Otak = kt benda, Nalar=kt kerja dan Logika =hasil. Kita mau mencoblos tanggal 14 Februari mendatang? Otak sudah ada. Lalu kita fungsikan Nalar (mau coblos yang ini….nanti Presidennya ini… mau nyoblos yang ini…nanti Presidennya diatur oleh yang sekarang di belakang layar……atau mau ikut suara teman? Kalau ikut2an artinya aku ini belum dewasa berpolitik..tidak punya pilihan bebas sendiri…masih terpengaruh oleh isi WA, TikTok, seharusnya anda dengar Debat Capres biar paham Nalar dan Logika politik mereka. Kapan lagi bangsa Indonesia mau maju?). itu contoh berNalar.

Bagaimana Logikanya? Pengetahuan Politik anda boleh jadi masih Paternalistik (kebapakan), atau sikap masih ragu (floating mass), atau boleh jadi bersikap ANTI (Golput). Mana yang paling baik? Entahlah…saya bukan orang politik, saya hanya merindukan Indonesia lebih baik di masa depan.

Anda mau kecewa, ngamuk, marah2 bila Paslon anda kalah? Anda bakal rugi sendiri. Paslon anda siapa tahu, suatu saat dia akan bergabung dengan yang terpilih, dia punya Logika politik sendiri, sementara anda sakit hati memikirkan kekalahannya di rumah. Kecewa karena kalah? Yang kalah bukan Paslon anda, tetapi yang kalah itu sebenarnya adalah Pengetahuan anda (LOGIKA ANDA). Logika politik itu Logika kepentingan. Logika politik kita kadang2 belum seluas Logika politik Paslon. Mirip panggung nonton wayang: kita adalah penonton duduk di balkon, Surya Paloh, Jokowi, Megawati serta banyak orang yang berkepentingan sibuk semua di belakang layar memainkan wayang dengan tangan2 mereka. Kita tak tahu pasti apa yang sedang dikerjakan/dirundingkan mereka di belakang layar sekarang. Siapa Wayangnya? Ya Anies, Prabowo dan Ganjar. Sementara Muhaimin mengintip ke belakang layar, lihat pesan2 Surya Paloh, Gibran menguping ke Bapaknya, Mahfud ‘ngangguk2’ pada isyarat Mega untuk Ganjar. Kita yang duduk di balkon ada yang berantam: Nalar dan Logika di mana?

Maka Logika politik sebaiknya jangan hanya sebatas di depan layar, tetapi kembangkan Nalar anda untuk mengintip/nguping apa2 yang di belakang layar. Ironisnya, isi WA di layar HP kita hampir tiap hari hanya bicara soal yang nampak di depan layar, sementara mereka yang di belakang layar terlupakan. Sekali lagi, kalau mau Nalar politik anda meluas, coba pergi INTIP ke belakang layar..He he he..itulah Politik…Politik…segudang taktik, segudang intrik! Yang terasa kurang di antara kita, daya Nalar untuk menghubungkan fenomena2 politik. Logika politik kita pada grass-root belum freedom of expression. One Man One Vote masih belum individual. Otak sudah ada, Nalar belum, akibat Logika politik terbatas. Semua ingin menang, semua ingin ungggul, semua ingin berkuasa. Bagus! Itulah pesta demokrasi. 2 Paslon, awas jangan terbalik nyebutnya, nanti pasti nyerah…kalah juga…..boleh jadi anda mulanya senang pada Prsesiden terpilih tetapi lama kelamaan kesal dengan sikap Wakilnya…itu dugaan saya kini…kita tunggu saja roda sejarah bergulir 5 tahun ke depan. Al-Qur’an bilang: ‘Asa an tuhibbu syai’an wa huwa syarrul lakum (Boleh jadi yang anda senangi kini…bakal jelek bagimu nanti’), Al-Baqarah ayat 216. Bila ternyata nanti memang benar begitu, berarti al-Qur’an yang benar, tetapi bila ternyata nanti tidak benar, berarti dugaan saya yang tidak benar. Allahu a’lam.

Seandainya nanti kalah, lebih baik pulang nonton 14 Febr, anda jangan menggerutu. Nalar itu perlu lebih ditingkatkan. Namanya juga Pemilu..’pembuat hati pilu’. Itu cuma permainan politik, pesta demokrasi. Tak usah sakit hati, ingat anak-istri. Bagaimanapun juga, pesta Pemilu tetap meninggalkan ‘luka’. Meskipun sudah tahu bakal luka, ada juga yang usil tanya2 saya di taxi, di kereta api, waktu di Jawa dan Sumatra, pilih siapa? Saya bilang semua Paslon bagus, kendati Mahfud teman saya sekelas di PHIN/SLA Yogya (1975-1977) dan Muhaimin itu adik kelas, tetapi saya ikut anda saja. Ikut kemana? Nyoblos jawab saya. Bagi saya, setiap Paslon ada kelebihan dan ada kekurangannya. Kelebihannya akan saya jadikan pertimbangan untuk mencoblos nanti, kekurangannya akan saya MAAF kan, sebab saya sadar tiada ‘Gading yang tak retak.’ Memaafkan lebih baik dari pada menghina! Toh, menang atau kalah, yang dapat suara terbanyak bakal dilantik jadi Kepala Negara kita juga. Akhirnya terasa penting juga dibicarakan Otak, Nalar dan Logika dalam 2 topik yang berbeda.
Sekian dulu pembaca budiman, mohon maaf bila ada yang kurang serasi, mohon pamit: Amhar Rasyid, Jambi. Coblos! Dan Berdo’a! Majulah Indonesiaku! Pilih siapa??????????

*Silakan Share