MALIN KUNDANG MENELPON IBUNYA


Jambi, 9 Agustus 2024
Assalamu’alaikum wr,wb.

Di suatu pagi yang cerah Malin Kundang tiba2 rindu untuk menelpon ibunya dari tempat persembunyian lamanya (mungkin masih di bawah pasir di Pantai Air Manis, kota Padang). Malin Kundang mulai menelpon: Ibu..Assalamu’alaikum…Ibu apa kabar? Ibu…aku kini sudah sadaaaar. Ibu..maafkan anakmu yang kurang ajar. Zaman telah berobah ibu. Sekali aku durhaka pada ibu, sepanjang masa orang menghukum ku. Ibu…ampunilah kesalahan anakmu. Mana yang lebih besar dosaku dengan Abu Lahab dalam al-Qur’an? Aku salah karena durhaka pada ibu, tetapi Abu Lahab dan isterinya, durhaka padaTuhan, karena tamak mengumpul harta. Bukankah beda aku dengan Abu Lahab terletak pada sifat tamak dan akhlaq? Keturunan Abu Lahab di Indonesia menjadi koruptor, sementara aku dibaca siswa sekolah untuk mencari nilai rapor. Meskipun aku jadi batu, ibuku masih ada, tetapi orang Jakarta malang ditinggal IBU (kota). Itulah isi telpon perdana Malin Kundang pada ibunya…sayang bila anda matikan hp.

Ibunyapun menjawab: Hai Malin Kundang anakku…ibu sudah memaafkanmu. Pulanglah nak! Zaman sudah berobah, kebiasaan orang Minang juga telah banyak yang berobah: banyak aspek budaya yang tidak relasional secara antropologis. Dahulu orang Minang identik dengan orang Islam. Tetapi sekarang sudah ada orang Minang yang memajang tanda salib di atas rumah adat, rumah bagonjong kebanggaan orang Minang, bahkan katanya sudah ada sekitar 30 orang pendeta Kristen berdarah Minang. Salah seorang pendeta tersebut benama Yanwardi, suku Koto, asal dari Lubuak Basuang. Memang zaman telah jauh berobah Nak kata ibunya. Aib bagi kami, malu rasanya dengan bangsa Indonesia. Pulanglah Naaaaak! Ibu sudah memaafkanmu, mudah2 an para pendeta asal Minang tersebut kembali bertaubat dan semoga Allah juga akan memaafkan mereka. Dahulu kau durhaka pada ibu, lantas ibu sumpahi jadi batu, kini ada orang Minang durhaka menyekutukan Tuhan, anak muda bilang : emang gue pikiriiin?

Bahkan sekarang anak2 Minang umumnya, seperti di tempat2 lain, kata ibu Malin Kundang, sibuk dengan HP, membaca isi WA, Tik Tok, Facebook, dan Instagram. Kamu diceritakan orang dalam HP Nak. Bapak2 Ibuk2 tua muda bisa membacanya. Ceritamu dimasukkan ke dalam kantong, digendong mereka kian kemari, bukan lagi karena mereka marah pada Malin Kundang, tetapi karena Dunia Maya membuat serba praktis. Ya serba praktis, sampai2 anak cucu tidak lagi peduli, tidak lagi menegur pada Datuk (tokoh adat terhormat) yang duduk di depan mereka. Semua anak cucu asyik/menundukkan kepala bermain HP. Bahkan anak cucu yang hendak pergi merantau ke Jakarta atau ke Batam atau ke tempat lain tidak ada lagi yang pamit pada sesepuh. Dahulu, sebelum ada HP, anak cucu sudah terbiasa minta izin/sungkem pada Datuk, maka terkenal istilah Minang: Ka pai tampak pungguang, ka pulang tampak muko (Akan berangkat nampak punggung, sudah tiba nampak muka) artinya selalu bertemu/pamit pada Datuk sesepuh dan mendapat nasehat. Ini kebiasaan baik yang telah hilang. Datang dan pergi tanpa berita, bahkan juga lupa lapor ketua Rt 1x 24 jam. Sedih ibu Nak, kata ibu Malin Kundang.

Selain itu, ibunya juga bercerita pada Malin Kundang bahwa telah terjadi perobahan fungsi gelar pemangku adat yang tidak relasional. Di Minang, pemangku adat memang sangat berwibawa dan dihormati oleh masyarakat banyak. Maka gelar Datuk sering dikejar orang untuk mendapatkannya meskipun dia hidup di rantau, sebab gelar adat tersebut bisa digunakan untuk meraih posisi jabatan public dan juga untuk mendulang suara dalam Pilkada. Kata ibunya, sudah biasa baleho dan foto2 tokoh politik Minang berjejer sepanjang jalan di Sumbar, berkampanye memakai gelar Dt di pangkal namanya, bahkan anehnya sudah ada yang memakai nama orang Barat, misalnya 1. Leonardy Harmainy Dt. Bandaro Basa. Leonardy mirip dengan nama Leonardo. Dt = singkatan gelar Datuk (pemangku adat). (Leonardy adalah Ketua Badan Kehormatan DPD RI 2019-2024). Yang ke 2. Jeffrie Geovanie (betul2 nama orang Italy), lahir di Jakarta 5 Agustus 1967, yang pernah menjabat sebagai Ketua Pembina PSI (Partai Solidaritas Indonesia) dan wakilnya adalah Grace Natalie. Hebat. Kedua nama tokoh politik di atas sudah beranjak jauh dari nama2 tradisional orang Minang seperti biasanya, misalnya Yanuar atau Syamsurizal. Mendengar cerita ibunya, Malin Kundang hanya terdiam…mungkin karena ia memang BATU. Bukankah ini contoh budaya yang tidak relasional? Selanjutnya ibunya juga menyuruh Malin Kundang menelpon gurunya yang bernama Pak Anwar.

Malin Kundang lantas menelpon gurunya. Assalamualaikum pak guru..ini saya Malin Kundang…tetapi tidak durhaka lagi. Kata gurunya: Hai Malin….sudah canggih kamu sekarang, memakai HP pula kamu kini. Rancak bana. Santiang ang (Hebat kamu). Apa kabar Malin? Tahukah kamu bahwa HP (Handphone) artinya Telepon Genggam? Orang asing menyebutnya Mobile Phone ada juga smartphone (telepon pintar). Mobile artinya bergerak kemana2 bisa jadi ia bergerak dari kantor hinga masuk wc. HP yang bermerk Samsung dibuat di Korea (Asia), HP Nokia dibuat di Swedia (Eropa), dan HP Apple dibuat di USA (Amerika).

Malin bertanya: apa sebetulnya bahan2 di dalam HP itu pak guru? Kata pak gurunya: Sebetulnya smartphone terbuat dari zat kimia dan logam. Logam terbagi dua: rare earth dan precious metal. Rare earth adalah kelompok 17 unsur logam, agak mudah didapat di kerak perut bumi, diantaranya yttrium, terbium dan dysprosium. Unsur kimia juga ada sekitar 30 jenis: tembaga, emas, perak (berbentuk kabel), tetapi bahan2 ini sudah dianggap kuno pula, oleh sebab itu sekarang dikembangkan Tantalum (Ta) sebagai komponen micro kapasitor. Ada juga litium dan kobalt (dalam beterai). Kenapa sentuh layar Hp mudah digerakkan? Sebab ia mengandung oksida timah indium untuk dijadikan kaca transparan yang mampu mengantarkan arus listrik sehingga bila disentuh dengan tangan mudah digerakkan. Pak gurunya cukup tahu komposisi smartphone rupanya atau barangkali dia mengintip Google?

Pak gurunya terus bercerita, dan Malin terus mendengar. Sedangkan WA (WhatsApp) yang kamu ketik di dalam HP itu adalah milik perusahaan lain yang ‘numpang hidup’ di HP, katanya. Jadi HP itu adalah ibarat ‘toko tempat jualannya’. WA, Facebook dan Instagram itu milik Yahudi bernama Mark Zuckerberg. Bila kamu tak percaya bukalah Google. Saya tak menghasut kamu membenci Yahudi, tetapi jangan lama2 main Hp Malin Kundang, sebab kuota kamu akan diserap/dipotong untuk membayar WA, Facebook dan Instagram. Bila si Yahudi telah kaya dari kuotamu yang dipotong, maka boleh jadi untungnya akan dikirim untuk membantu Zionis Israel yang kini sedang ketakutan diancam oleh Iran pasca terbunuhnya Pemimpin Hamas: Ismail Haniyeh di Iran. Amerika kini mengirim kapal perangnya berpeluru nuklir ke dekat Iran untuk membantu Israel. Jadi bila kamu mengetik WA di HPmu berarti kamu sudah menyumbang untuk Yahudi. Saya cuma mengatakan hal yang sebenarnya Malin, kata gurunya. Bila semakin milyaran orang ngetik WA seluruh dunia siang malam, boleh jadi milyaran pula dia akan dapat untung. Jangan hanya ikut2an teman demo anti-produk2 Amerika Malin…itu soal ‘keciiiiil’, ujar gurunya. Malin Kundang..terdiam lagi..mungkin karena ia sedang mem BATU.

Para ahli sastra mengatakan bahwa cerita Malin Kundang adalah fiksi. Fiksi artinya cerita hasil khayalan pengarang, cerita yang dibuat2 untuk tujuan tertentu. Boleh jadi tujuannya untuk mendidik orang agar berakhlak mulia, hormat pada ibu bapa. Cerita tersebut bertahan lama karena masyarakat melestarikannya. Ia lestari karena nilai2 akhlaq yang dikandungnya didukung kuat oleh agama yang dianut. Jadi terdapat hubungan resiprokal antara legenda Malin Kundang dan ajaran Islam, dalil eksplisitnya Hadis Nabi Aljannatu tahta aqdamil ummahat (Sorga di bawah telapak kaki ibu). Secara sosio-kultural, dampak legenda Malin Kundang terasa sekali khususnya pada lagu lama/modern. Banyak terdengar nyanyi Minang berjudul Mande (Ibu), Ratok Mande, Ampun Mande, bahkan penghormatan sosial pada posisi Bundo Kanduang, let alone materilinial. Dapat dikatakan bahwa hubungan anak dan ibu di Minang sangat emosional, maka mustahil akan terdengar berita anak Minang yang menuntut ibu kandungnya di Pengadilan hanya karena kasus harta. Oleh sebab itu kita sekarang jangan hanya tahu legenda Malin Kundang yang notorious saja, tetapi coba pikirkan dampak jauh dari legenda tersebut atas kehidupan sosio-kultural. Ini yang jarang terpikirkan oleh banyak orang, meskipun hari ini siswa SD tetap disuguhi legenda sebagaimana dulu orang tuanya disuguhi gurunya di bangku SD. Mungkin emotional-effect dari fiksi sekarang lebih menipis.

Malin Kundang bisa juga disebut sebuah KATA. Mengapa Malin Kundang tetap bertahan sebagai sebuah KATA? Menurut Gadamer, suatu ‘kata’ bilamana ia sudah digulirkan (coined) ke tengah masyarakat, maka kata tersebut selanjutnya menjadi milik masyarakat yang menggunakannya, bukan lagi milik si penemu kata tersebut. Ketahanan (durasi) suatu kata tersebut tergantung atas nilai atau situasi yang ditunjukkannya. Ternyata di Arab, orang tak tahu cerita ini karena kuatnya dampak pengaruh tawhidyah atas benda2 alam sekitar. Legenda Malin Kundang sudah digulirkan pertama kali oleh seorang penciptanya, entah siapa namanya (anonim), lama kelamaan ia menjadi milik masyarakat (bukan hanya orang Minang saja) yang mendukung nilai tersebut. Pancasila juga memuat Kemanusiaan yang Adil dan Beradab…termasuk pada Ibu tentunya. Di dalamnya terdapat nilai yang menghormati ibu bapa dan setiap anak harus tahu membalas budi baik orang tuanya, ini kemudian diadatkan (dijadikan tradisi bukan sekedar ideologi). Pola ajarannya dua sisi binary (hitam-putih): salah-benar, sopan-tidak sopan. Sementara nilai (menghormati ibu bapa) yang dijunjung oleh masyarakat ini jelas dasar primordialnya dari akhlaqul karimah dimana contoh konkritnya telah dipraktekkan oleh Rasul saw, tentu bukan dari Sila ke 2, sebab legenda Malin Kundang lebih tua umurnya dari Pancasila. Akhlaqul karimah tersebut adalah misi utama Rasul saw. Di atas akhlkaqul karimah itu kemudian dibangun adat (nilai2 luhur dan kebiasaan). Maka di Minang ada istilah: adat ba sandi syara’. Dapat dikatakan legenda yang semula notorious berbalik arah secara positif kepada penguatan nilai2 (value). Gadamer tidak menyebut ini.

Itulah sekelumit cerita Malin Kundang modern. Karena legenda ini hanyalah fiksi (khayalan), maka maafkan pula saya telah ‘mengkhayal’ untuk menjangkau banyak lapisan pembaca. Bedanya, legenda Malin Kundang belum memakai HP, bagi saya Malin Kundangnya telah modern dan sadar dari kesalahan. Di dalam edisi setiap Jumat akan ada nanti nilai2 ilmu pengetahuan, ajaran agama, Pluralisme Gus Dur, Purifikasi Muhammadiyah, Interkoneksi Prof. Amin Abdullah, moderasi Khaleed Abou al-Fadhl, dan ada juga spirit neo evolusionisme yaitu aliran antropologi yang melihat adanya perubahan budaya jangka panjang serta pola2 perkembangan yang nampaknya tak relasional. Semuanya dinarasikan, sedapat mungkin, dalam pendekatan Peleburan Cakrawala (Horizonvermeltzung) Gadamer. Saya akan senang bila anda ikuti setiap Jumat alur ceritanya tetapi jangan diikuti prilaku Malin Kundang. Mari kita bersilatur rahmi via Dunia Maya walaupun terpaksa nyumbang sedikit fait accompli pada Mark Zuckerberg.

Demikianlah legenda Malin Kundang modern, yang saya coba narasikan dari perpspektif evolusionis non Darwinisme. Semoga pembaca terhibur …tetapi jangan tertidur. Terimakasih telah membaca tulisan saya yang ‘telah turun ke bumi’ dari filsafat yang ‘melangit’. Terimakasih juga pada semua sobat dan kawan yang telah mengoreksi demi perbaikan tulisan2 saya selama ini, di antaranya, Mas Budyawan di Kuantan Malaysia, Mas Muhlison di Jawa, Uda Zaim Rais di Padang, Ustaz Zuhri Idris (Jkt) asal Payakumbuh, Prof. Junaiti Sahar di UI Jakarta, Prof. Hasbi dari Aceh, Pak Hamim Ilyas di UIN Yogyakarta, Pak Marzuki Arsyad serta Pak Syahrit Tanzil (Notaris) tetangga saya di Jambi, dan banyak lainnya yang tak sempat disebutkan namanya, terutama sdr. Nanda Pratama yang selalu mempostingnya ke Googlescholar. Ditunggu juga saran2 perbaikan dari teman2 yang di luar negeri. Mohon maaf, wassalam. Amhar Rasyid, Jambi.

*Silakan Share