MALIN KUNDANG INGIN BEKERJA DI IKN DAN DI GEREJA


Jambi, 23 Agustus 2024

Assalamu’alaikum wr,wb Bpk2/lbu2/Adik2/anak2ku/mhsw2ku dan segenap pembaca budiman baik Muslim maupun non-Muslim dimana saja berada. Malin Kundang tidak hanya legenda terkenal, tetapi sekarang sudah menjadi patriotic, suka ilmu pengetahuan dan agamis. Setelah selesai memperingati Hari kemerdekaan 17 Agustus, Malin Kundang sekarang ingin mecari pekerjaan, mula2 temannya mengajak bekerja di IKN (Ibu Kota Negara) di Kalimantan Timur tetapi rupanya ada pula proyek kerja pembangunan gereja di Menado (Sulawesi Utara) dan di Ambon. Setelah menelpon ibunya untuk minta izin, ibunya diam, tak ada jawaban yang pasti didapat, akhirnya Malin Kundang menelpon gurunya. Apa kata gurunya? Berikut ini kita ikuti pembicaraan via telpon mereka berdua. Menarik juga untuk dibaca bagi kawula muda dan anda2 yang punya waktu santai.

Pak guru… tanya Malin Kundang, bolehkah saya bekerja di proyek IKN? Kemudian teman saya mengajak pula untuk ikut mengerjakan proyek gereja di Menado dan di Ambon, apakah saya boleh ikut dengannya? Kalau tak boleh kenapa? Bagaimana sikap saya sebagai orang Muslim? Untuk menjawabnya, pak guru bermenung satu minggu karena letih usai upacara dan pawai karnaval 17 Agustus. Begini Malin kata pak gurunya. Proyek IKN adalah proyek monumental historis. Artinya, pembangunan IKN sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia hingga kemudian hari. Presiden Jokowi telah memulai pembangunannya dan dia pula Presiden RI pertama yang mengadakan upacara 17 Agustus disana. Pemerintah berdalih bahwa proyek IKN demi pemerataan dan demi meminimalisir Jawa centris. Terlepas apakah rasa simpati masyararakat agak kurang pada pembangunan IKN tersebut, dikatakan menelan banyak biaya, belum saatnya memindahkan Ibu Kota RI dari Jakarta, tetapi itu semua alasan2 muncul karena masyarakat kita semakin demokratis.

Sebagai orang terdidik yang bijaksana, kita melihatnya begini saja Malin kata Pak gurunya. Perpindahan Ibu Kota banyak keuntungannya bagi bangsa Indonesia khususnya. Pertama, posisi Ibu kota berada di tengah2 wilayah NKRI, itu suatu hal yang menguntungkan bagi saudara2 kita terutama dari Wilayah Timur. Kedua, semakin berkurangnya Jawa centris kata para ahli strategi politik. Artinya kekuatan politik akan semakin berimbang dengan luar Jawa. Misalnya, akan memungkinkan di masa datang calon Presiden berasal dari Sulawesi, Sumatera, Kalimantan atau dari Ambon dan Papua. Tetapi harus diiingat bahwa orang Jawa di Sumatera (Pujasera=Putra Jawa asal Sumtera) masih diakui tetap unggul jumlahnya. Mereka banyak juga memiliki perkebunan sawit di pedalaman Sumatera, sementara biasanya kecenderungan politiknya paternalistik. Mereka cenderung mudah bersatu di bawah satu komando, ini juga nampaknya yang akan berdampak pada Pilkada di provinsi Jambi. Itu diantara dampak kekuatan mayoritas Jawa. Pak Amhar orang Jawa? Bukan, saya orang Minang. Dengan adanya perpindahan IKN ke Kalimantan, kata para ahli, kekuatan sosio-ekonomi dan politis akan semakin berimbang. Oleh sebab itu terima sajalah dengan rasa syukur, tetapi tidak boleh berbentur.

Adapun tentang keingiananmu Malin untuk bekerja di IKN, menurut pak guru, adalah suatu hal yang baik, sambil menimba pengalaman di negeri jauh. Mencari nafkah itu boleh dimana saja yang penting halal. Bila ibumu di Padang dan sanak famili serta teman2 di berbagai kota dan daerah masih keberatan atas proyek IKN, barangkali itu pertanda bahwa mereka peduli atas besarnya hutang negara. Mereka menaruh perhatian yang tinggi atas beban anak cucu di belakang hari. Kita ikut memahami keberatan mereka. Ya begitulah hidup ini memang tidak mulus.

Pak guru pernah bertanya pada pak Amhar yang menulis artikel ini, yang sempat berkunjung ke IKN pada tahun 2023 lalu, bagaimana keadaan kota Balik Papan, kota Samarinda dan seberapa jauh dari IKN? Katanya, kedua kota tersebut berdekatan dengan IKN, sudah ada jalan tol. Kota Balik Papan itu nampak aman, sepeda motor aman terparkir malam hari di pinggir jalan, kotanya bersih, tertata rapi, tidak semrawut, tidak macet. Nampaknya banyak lowongan pekerjaan di sana, mengapa anak2 muda tak coba mengadu untung di sana? Sementara kota Samarinda berasal dari kata ‘Sama’ ‘Rendah’=artinya di mana2 ada air. Dan Istana Presiden di IKN itu terletak di dataran tinggi, bagus pemandangan sekelilingnya, dan dekat ke laut, tetapi masih dikelilingi oleh hutan dan ada rumah2 rakyat. Artinya, dari segi keamanan istana Presiden RI di masa datang jauh lebih strategis dibandingkan dengan Istana Presiden yang di Jakarta sekarang. Maklumlah salah seorang arsiteknya adalah mantan Perdana Inggeris Tony Blair. Mana tahu, di dalam Istana IKN dibangun lift super canggih yang dapat membawa turun Presiden ke lapisan bawah tanah istana dalam keadaan darurat, di mana sudah menunggu kapal selam supercanggih yang akan membawa Presiden RI pasca Jokowi untuk menghilang ke laut lepas entah kemana….boleh jadi akan mencari suaka politik di luar negeri. Itu khayalan pak Amhar. Yang jelas sekarang mahasiswa dan buruh sudah akan sulit mendekati istana untuk berdemo, sebab jalan ke istana menanjak tinggi, jauh di atas ketinggian, ada portal2, tentu setiap portal dideteksi oleh system keamanan (high security). Bila Malin Kundang telah bekerja di IKN, jangan lupa titip pesan pada Presiden Jokowi untuk menyediakan lokasi pembangunan rumah makan Padang di sana.

Bagaimana kalau saya bekerja di gereja2, wihara, synagogue pak guru? tanya Malin Kundang. Kata pak gurunya, bekerja di mana saja boleh yang penting halal dan tidak melanggar norma agama, norma negara, norma adat. Bekerja mencari nafkah termasuk ibadah ‘am (ibadah dalam arti luas). Bekerja harus menjadi kesadaran, baik kesadaran intelektual maupun kesadaran spiritual kata Ruslan Fariadi (anggota Majlis Tarjih). Bekerja adalah jembatan ke akhirat, maka bekerja harus selalu dalam bingkai keimanan. Gus Baha (Ulama terkenal) juga mengatakan dalam suatu ceramah bersama dengan Prof. Quraysh Syihab di Jakarta bahwa Ali bin Abi Thalib pernah bekerja dengan seorang Yahudi mengairi (irigasi) kebun korma untuk mendapat upah. Rupanya kisah tersebut diambil dari kitab Hayatus Shahabah karangan Syaikh M. Yusuf al-Kandahlawi. Bahkan Filosuf terkenal bernama al-Farabi dikabarkan pernah bekerja mengurusi taman orang kaya untuk mencari nafkah hidupnya, sementara di malam hari dia menulis dan berfilsafat. Kalau begitu bila pak Amhar berniaga mobil second boleh kan?

Mazhab Hanafiyah memang menyebutkan bahwa makruh hukumnya bila seorang Muslim untuk memasuki gereja, wihara dan synagogue. Demikian pula pendapat syaikh Ibnu Abidin dan Syaikh Ibnu Nujam al-Mishry. Tetapi mayoritas ulama Maliki, Hambali dan Syafi’i membolehkan. Kita tahu bahwa gereja adalah rumah ibadah bagi saudara kita yang beragama Kristen. Gereja itu sebenarnya adalah bangunan, rumah peribadatan, tetapi ia juga berimplikasi psikologis bagi para pemeluk agama. Para ulama mazhab keberatan bila seorang Muslim memasuki gereja karena di dalamnya terpajang gambar (katanya Jesus dan Bunda Maria). Umar bin Khattab juga dikatakan tatkala merebut Palestina dari kekuasaan Romawi pernah menumpang solat bukan di dalam gereja Sepulchre di Jerusalem karena sebelumnya pernah ditawari solat di dalam gereja oleh Patriarch Sophronius, tetapi Umar solat di dekat tangga gereja di mana terdapat kemudian Baitul Maqdis. Jadi, bekerja di bangunan gereja nampaknya boleh asalkan selalu dalam bingkai keimanan kita. Kehidupan dunia modern memerlukan inklusifitas (terbuka) bukan eksklusifitas (tertutup).

Sebaiknya begini saja Malin kata pak gurunya. Kita sebagai Mukmin, prinsip yang tak boleh goyah ialah iman, tolong beritahu semua kawula muda teman2mu. Tetapi dalam bekerja, berteman, berorganisasi, bersyarikat, berpartai politik, mencari upah…kita boleh bekerjasama dengan non-Muslim. Muhammadiyah juga membuka ‘pintu’ untuk warga barunya yang berbeda agama. Sejiwa kemuhammadiyahannya, seiman tidak. Sepakat jalan di dunia, berbeda jalan ke akhirat..tak apa2. Ambil upah dari non-Muslim, tetapi taat beribadah di mana saja. Jangan terbalik. Katanya haram bekerja di gereja, tetapi mencuri kotak amal masjid tetap juga…itu salah Malin kata pak gurunya sambil ketawa. Bahkan anehnya, masih ada PNS (pegawai negeri sipil) yang mempertanyakan ‘status halal’ sumber gajinya tiap bulan. Kenapa? Sebab sumber penghasilan negara untuk membayar gaji pegawai negeri, katanya, boleh jadi berasal dari berbagai jenis pajak: usaha ternak babi, perjudian, bar, karaoke, cukai minuman alcohol, bunga bank. Di sini yang mereka persoalkan adalah sumber penghasilan negara, bukan niat mereka untuk bekerja. Sedangkan anak pesantren sering menghafal: Innamal a’malu bin niyat, wa innama likullim riin ma nawa (Segala sesuatu tergantung atas niat…..). Niat harus tulus, jangan hanya mikir fulus.

Hingga di sini prinsip yang diajarkan oleh pak guru akhirnya bertemu pada perlunya konsep Peleburan Cakrawala (Horizonvermeltzung) dalam istilah Gadamer. Dengan bekerja di gereja, Malin Kundang akan melihat apakah orang Kristen juga mempraktekkan Hadis Nabi ‘Bayarlah upah buruhmu sebelum keringatnya kering?’ Bilamana ternyata upah bekerja di gereja dibayarkan tepat waktu, management keuangannya rapi, administrasinya mudah dan lancar, canggih secara teknologi, efisien waktu dan diikat dengan terms and conditions yang updated, sementara upah bekerja pada sesama Muslim masih banyak yang terlambat dibayarkan, banyak alasan dibuat2, banyak potongan gaji yang tak jelas, maka Malin Kundang akan menyadari perlunya Peleburan Cakrawala. Cakrawala kita perlu dilebur dengan orang lain agar saling memperluas diri, saling berkontribusi, sehingga akan nampak cakupan wawasan yang lebih luas. Cobalah sudi mendengar orang lain bila ceramah ustaz sudah ‘masuk kiri keluar kanan’. Tanpa Peleburan Cakrawala, memahami agama akan jadi sempit bila pikiran kita sempit, dan memahami agama akan lapang bila cakrawala kita lapang. Agama itu berisi ‘aqidah dan ibadah yang dipercantik/diperburuk oleh wawasan kita. Kebenaran agama datang dari Allah, tetapi kebenaran empiric memerlukan perluasan wawasan. Akhirnya benar juga kata orang bijak: Duduk sendirian sempit2, ….duduk berdua lapang2.

Sekian dulu pembaca budiman, terimakasih sudah menunggu terbitnya tulisan ini dan sudah membaca, sudah meluangkan waktunya. Mohon maaf bila ada kata2 yang salah, pamit, wassalam. Amhar Rasyid, Jambi.

*Silakan Share