Lima Model Orang Muhammadiyah, Anda Termasuk yang Mana?

Lima Model Orang Muhammadiyah, Anda Termasuk yang Mana?
Lima Model Orang Muhammadiyah, Anda Termasuk yang Mana?

Lima Model Orang Muhammadiyah, Anda yang Termasuk Mana? Kolom oleh Humaiyah, Sekretaris Pimpinan Cabang Aisyiyah Tanggul Jember.

IDEAA.ID, – Beraneka ragam latar belakang seseorang menjadi Muhammadiyah (becoming Muhammadiyah). Pertama, ada yang terlahir dari orangtua Muhammadiyah. Mereka disebut Muhammadiyah biologis.

Golongan ini tumbuh besar di lingkungan Muhammadiyah. Kelak berjuang pun di Muhammadiyah. Kader model ini bisa disebut kader militan. Jangan diragukan lagi komitmennya.

Dia tak akan lekang karena ujian, tak ‘kan mundur karena makian. Dan tak akan gentar karena hinaan. Baginya Muhammadiyah ibarat rumah teraman dan ternyaman. Seindah apapun rumah atau istana tetangga, Muhammadiyah satu-satunya.

Kedua, ada yang terlahir dari orangtua Muhammadiyah, namun kelak tak tertarik lagi dengan Muhammadiyah. Melihat rumah atau istana tetangga lebih menggiurkan hingga berpaling.

Di satu sisi mungkin orangtua berpendapat, biarlah menjadi hak asasi, pilihan hidupnya. Toh sama-sama Islam. Tapi di satu sisi, pasti ada penyesalan meski sedikit. Bagaimanapun orangtua yang sudah merasakan nikmatnya berjuang di Muhammadiyah menginginkan anak keturunan meneruskan perjuangannya.

Ketiga, ada yang lahir bukan dari orangtua Muhammadiyah. Namun besar dan merasa nyaman di lingkungan Muhammadiyah. Hingga merasakan nikmat berjuang di Muhammadiyah.

Untuk golongan ini, pimpinan harus pandai-pandai ngopeni. Bisa jadi karena euforia bermuhammadiyah namun karena ideologi belum kuat akan goyah jika ada angin kencang menerpa. Padahal di sisi lain, golongan ini berpotensi menjadi kader militan Persyarikatan.

Keempat—dan ini menimbulkan banyak pertanyaan—ada golongan yang sudah lama mengaku bermuhammadiyah, namun masih tak sehati dengan Muhammadiyah. Puluhan tahun mengikuti kajian Muhammadiyah, tapi amalan tak sepenuhnya sesuai dengan tuntunan organisasi berlambang matahari ini.

Untuk golongan ini, please, jangan menghujat, mencela. Karena bisa jadi model kajian yang puluhan tahun kita lakukan tak mampu mengubah sepenuhnya. Kewajiban pimpinan untuk menginovasi kajian yang lebih efektif dan efisien.

Kelima—yang sedikit membuat jengkel—ada golongan yang begitu asyik di amal usaha Muhammadiyah (AUM) namun enggan bermuhammadiyah. Sama, untuk golongan ini tak usah menghujat dan sebagainya.

Pimpinan Persyarikatan atau amal usaha mempunyai kewajiban memberikan penguatan-penguatan ideologi Muhammadiyah secara rutin dan berkelanjutan. Karena bagaimanapun yang aktif di AUM tak selalu berlatar belakang Muhammadiyah.

Akan tetapi jika cara inipun tak berhasil, maka harus ada tindakan tegas untuk mengingatkan semua pihak yang ada di amal uasaha. Misalnya ada hitam di atas putih, setiap awal tahun ajaran baru tentang bukti loyalitas kepada Persyarikatan.

Mengharap semua warga Muhammadiyah menjadi kader adalah tidak mungkin. Karena sejatinya ibarat dalam sebuah bus, banyak macam karakter di dalamnya.

Ada sopir yang akan membawa bus sampai tujuan dengan selamat. Ada kernet yang mempunyai tugas mengingatkan laju sopir saat membawa busnya. Namun ada yang sebagai penumpang saja. Hanya duduk manis cukup mematuhi aturan di bus namun bisa sampai tujuan dengan selamat juga.

Bagaimanapun jalan seseorang menjadi Muhammadiyah tidaklah sama. Yang terpenting adalah mengayomi semua golongan dengan cara yang bijak hingga menciptakan suasana nyaman di Muhammadiyah. Harapan ke depan akan terlahir kader-kader Persyarikatan. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni – PWMU.CO

*Silakan Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *