Dulu Honorer Satpam, Kini Menjadi Guru Besar: Ini Profil Prof. Iskandar Nazari, Penggagas Ruhiologi

Jambi – Ideaa.ID || Siapa sangka, seorang anak kampung dari pelosok Kerinci yang dahulu mencari ikan di sungai dan menyopir mobil pickup untuk mengangkut pasir, kini berdiri tegak sebagai Guru Besar Psikologi Pendidikan. Dialah Prof. Iskandar Nazari, S.Ag., M.Pd., M.S.I., M.H., Ph.D., sosok inspiratif yang menggagas lahirnya Ruhiologi, konsep pendidikan ruhani yang kini mulai menggema di dunia akademik.

Pengukuhan Guru Besar Prof. Iskandar berlangsung khidmat pada Selasa, 14 Mei 2025, di Auditorium UIN Sulthan Thaha Saifuddin (UIN Sutha) Jambi. Acara ini dihadiri para guru besar, tokoh masyarakat, serta keluarga tercinta yang menjadi saksi perjalanan panjang penuh liku seorang anak desa menuju puncak akademik.

Lahir dari Keluarga Sederhana

Iskandar lahir pada 24 Desember 1975 di Desa Ujung Pasir, Kerinci. Ayahnya, almarhum H. Nazari Syarif, hanyalah guru SD yang tidak sempat meraih gelar sarjana. Ibunya, Hj. Juarah, bahkan tidak tamat sekolah dasar. Namun, keduanya mewariskan nilai-nilai luhur berupa cinta pada ilmu dan ketulusan doa. “Saya sekolah sambil bekerja. Pulang sekolah bantu orang tua ke sawah, angkut batu, jual ayam dan sapi. Sorenya ke madrasah, malamnya ngaji di surau,” ungkap Prof. Iskandar mengenang masa kecilnya.

Gagal Jadi Perwira, Bangkit Jadi Intelektual Setelah lulus S1 dari IAIN STS Jambi (1998), ia bercita-cita menjadi perwira TNI. Ia lolos hingga tahap akhir seleksi Akmil pada tahun 2000, namun gagal karena faktor usia. Tak patah semangat, ia kembali ke kampung dan bekerja sebagai sopir pickup, menjual tanah, hingga mengangkut kayu ke pasar.Titik balik datang pada 2003 saat menyaksikan sang kakak diwisuda S2 di Padang. Ia memutuskan melanjutkan kuliah S2 di Universitas Negeri Padang, lalu meraih beasiswa S3 di Universiti Kebangsaan Malaysia pada 2005.

Bekerja Malam, Kuliah Siang Di Malaysia, ia kuliah di siang hari dan bekerja malam di SPBU Petronas sebagai kasir dan pengisi BBM. Dalam keheningan malam, ia banyak merenung dan menulis. Dari proses itulah gagasan besar Ruhiologi mulai lahir. “Dalam kelelahan, saya sering berbicara dengan diri sendiri dan Tuhan. Itulah awal mula Ruhiologi,” ujarnya.Setelah meraih gelar doktor pada akhir 2008, ia sempat menganggur. Pada 2009, ia diangkat menjadi Staf Ahli Rektor IAIN STS Jambi, namun karena kendala administrasi, honornya ditumpangkan pada SK Satpam kampus.

“Saya terima, karena bagi saya, ilmu bukan soal posisi, tapi soal keberkahan,” tutur Prof. Iskandar.Lahirnya Ruhiologi dan Karier CemerlangRuhiologi atau Ruhiology Quotient (RQ) adalah gagasan tentang pentingnya kecerdasan ruhani sebagai poros semua kecerdasan manusia, mulai dari IQ, EQ, SQ, hingga AI. Gagasan ini kini menjadi filosofi pendidikan di Lembaga Diniyyah Al Azhar Jambi dan mulai dikenal luas hingga tingkat nasional.

Setelah menjadi CPNS pada 2009, kariernya melejit. Ia menjabat sebagai Ketua LPM, Kepala SPI, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jambi, hingga Direktur Quality Assurance di Diniyyah Al Azhar. Ia juga mendirikan Ruhiology Quotient Institute dan aktif sebagai Wakil Ketua LAZISNU PWNU Provinsi Jambi.

Beberapa karyanya yang terkenal antara lain:Metodologi Penelitian Pendidikan dan SosialPsikologi Salat Menghadapi Stres Abad 21Desain Pembelajaran Berbasis TIKPsikologi Pendidikan Menghadapi Pembelajaran Abad 21Ciber Smart Campus: Cakap Digital dan Aman CiberDukungan Keluarga dan Para Tokoh Di balik keberhasilannya, Prof. Iskandar didampingi istri tercinta, Denny Defrianti, S.Sos., M.Pd., dan putri mereka, Shanum Azzahra Faizah.

Ia juga mendapat dukungan kuat dari keluarga besar dan para mentor seperti Prof. Mukhtar, Prof. Matinis Yamin, Prof. Hadri Hasan, Prof. Su’adi, Prof. As’ad, dan Prof. Kasful.Gagasan Ruhiologi mendapat apresiasi luas dari para tokoh nasional: Prof. H. Fasli Jalal: “Ruhiologi akan menjadi basis baru pendidikan Islam di Indonesia.”Prof. Amin Abdullah: “Ruhiologi memberi arah baru pengembangan pendidikan Islam. Prof. Imam Suprayogo: “Ruhiologi adalah lompatan dari neurologi menuju ruhani.”

Pantun Penutup Sang Profesor

Angin pagi menari di taman, Burung berkicau saling menyapa.Tanpa ruh, ilmu bisa menyimpang, Dengan ruh, kecerdasan jadi amanah yang nyata. Jika pendidikan hanya mengejar angka, Maka kosonglah makna manusia. Ruhiologi ajak kita bersama,Mendidik jiwa, membangun generasi berakhlak mulia.

Perjalanan hidup Prof. Iskandar Nazari membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah halangan. Dengan ketulusan, kerja keras, dan visi besar, seorang anak kampung bisa mengguncang dunia akademik dengan gagasan yang membumi dan menembus langit.

Editor : Ilham Kurniawan, S.IP

*Silakan Share