ARAH BARU PEMIKIRAN KEAGAMAAN

Jum’at, 5 July 2024

Assalamu’alaikum wr,wb Bpk2/Ibuk2/Adik2ku/Anak2ku/Mhsw2ku dan segenap pembaca budiman baik Muslim maupun non-Muslim di mana saja berada. Judul di atas memang terlampau luas. Tetapi sebaiknya anda tahu bahwa hidup beragama ternyata tidak hanya beribadah saja seperti solat, puasa, naik haji tetapi banyak aspek lain yang harus dipikirkan juga. Bila anda sibuk bekerja tiap hari pergi pagi-pulang sore, dan beribadah rutin pagi-sore, sebenarnya ada beberapa tokoh yang telah memikirkan cara2 kehidupan beragama kita agar lebih maju, lebih dinamis, lebih menampakkan kehidupan yang rukun, toleran sesama umat beragama yang lain. Siapa tokoh2 tersebut dan apa buah pikiran mereka? Berikut ini kita diskusikan agak beberapa alinea, bahannya Penulis ambil dari berbagai buku, jurnal dan sumber2 terpercaya lainnya, semoga anda sudi membacanya.

Pertama, sebenarnya ada dua tokoh yang disebut2 sangat mempengaruhi pemikiran keagamaan sampai2 ke Indonesia. Dia adalah Jamaluddin al-Afghani (lahir di Afghanistan 1838 dan meninggal di Turki 1897) dan juga Syaikh Muhammad Abduh (lahir di Mesir 1849-1905). Al-Afghani adalah ulama besar, orator ulung, pemikirannya bernuansa politis. Sementara Syaikh Abduh adalah juga ulama besar, dia adalah Syaikh al-Azhar tetapi pemikirannya lebih cenderung untuk memajukan sistem dunia pendidikan seluruh dunia Islam. Mereka berdua pernah ditangkap oleh Kolonialis Inggeris yang tengah berkuasa di Mesir dan dibuang ke Paris, di sana mereka menerbitkan majalah yang terkenal oleh banyak ulama di dunia termasuk di Indonesia berjudul al-Urwatul Wutsqa. Masuk ke Indonesia di zaman Belanda (akhir abad ke 19 M), majalah tersebut diselundupkan oleh beberapa jama’ah haji lewat pelabuhan laut sepulang dari Mekah, majalah berbahasa Arab yang berisikan ide2 dan siasat perjuangan umat Islam agar dapat terlepas dari belenggu penjajah di beberapa negara berpenduduk Muslim. Di dalam majalah tersebut berisikan ajakan agar menentang semua penjajahan Barat saat itu: Belanda di Indonesia, Inggeris di Mesir, Inggeris di India, di Iran, di Turki, di Palestina, di Malaysia, Italy di Libya, Perancis di Maroko, di al-Jazair dan beberapa negara di Afrika. Sementara Amerika belum tumbuh ‘taring’nya di zaman itu. Jadi Inggeris, Perancis, Belanda dan Italy sering disebut dulu sebagai musuh (penjajah) dunia Muslim. Jasa kedua tokoh tak akan terlupakan.

Lebih jauh, arah baru pembaharuan kedua tokoh tersebut antara lain menyerukan dari Paris agar umat Islam di seluruh dunia memerdekakan akal dari kungkungan cara berpikir tradisionil. Jangan taqlid buta (ikut pendapat ulama2 terdahulu tanpa tahu dalil2nya), jauhi takhayul, mistik, pedukunan, majukan pendidikan umat, kelola ekonomi umat dan tingkatkan peran perempuan. Jadi, isi majalah tersebut sangat penting, sangat membakar semangat para ulama di berbagai negara termasuk di Indonesia, sangat merombak cara2 berpikir yang kaku, sangat menggeser pola pikir lama yang lesu yang tidak sesuai dengan ajaran al-Qur’an: Innallaha laa yughayyiru maa biqawmin hatta yughayyiru maa bi anfusihim (Qur’an S. Ar-Ra’d 11). Artinya Allah tidak akan merobah nasib suatu bangsa bilamana mereka tidak merobah nasibnya sendiri. Akibat seruan yang ber api2 tersebut, tergelitiklah antara lain pemikiran K.H. Ahmad Dahlan di Indonesia dan berdirilah Muhammadiyah tahun 1912. Jadi Muhammadiyah tersebut adalah perwujudan dari inspirasi dan gelora semangat dunia Islam internasional yang berpijak di bumi nusantara. Ia adalah ‘kapal besar’ semua untuk bangsa Indonesia, bukan hanya umat Islam saja, yang akan membawa maju cara2 berpikir keagamaan, sistem pendidikan, perbaikan ekonomi, perbaikan status perempuan, perbaikan nasib anak2 yatim. Muhammadiyah tidak mau terlibat politik praktis, tidak punya partai politik dan anti berjuang dengan kekerasan senjata. Muhammadiyah ingin hidup umat ini damai dan beribadah persis seperti Rasul melakukannya dahulu, maju berpikir dan menghormati pemeluk agama2 lain. Anehnya, di Timur Indonesia sudah banyak warga Muhammadiyah yang beragama Kristen.

Kedua, bagaimana arah baru pemikiran keagamaan Muhammadiyah sepeninggal KH Ahmad Dahlan? Pemikiran keagamaan selanjutnya banyak disosialisasikan dengan berbagai amal usaha. Di dunia pendidikan, Muhammadiyah sudah punya 171 pendidikan tinggi: 84 universitas, 26 institut, 53 sekolah tinggi, 6 politeknik dan 1 akademi, ini menurut Pusat Data Muhammadiyah. Sementara jumlah sekolah/madrasah sudah sekitar 5345 buah. Di bidang ‘aqidah/keyakinan, organisasi yang terpengaruh oleh ide Syaikh Muhammad Abduh ini sudah lama berjuang untuk melenyapkan takhayul, bid’ah dan churafat (TBC). Misi dakwahnya ialah dengan cara2 membimbing umat agar hidup sejalan dengan isi al-Qur’an dan Hadis, agar kembali murni sebagaimana Rasul saw dulu pernah mengamalkannya. Para ulama dianjurkan agar menafsirkan al-Qur’an di bidang kehidupan sosial jangan terlalu terikat/kaku dengan bunyi ayat, yang disebut dengan metode bayani. Agak longgar menafsirkan ayat (jangan terlalu harfiyah dalam soal kemasyarakatan) tetapi tetap mengacu kepada ajaran dan akhlaqul karimah Nabi, maka saat ini Muhammadiyah telah membolehkan perempuan menduduki jabatan publik, jadi direktur perusahaan2, jadi presiden, menteri, gubernur, bupati dan lainnya. Sekarang universitas2 Muhammadiyah dianjurkan agar berorientasi uinversitas riset. Terkait arah baru ini, buku berjudul Ideologi Kaum Reformis karangan Prof. Achmad Jainuri sangat bagus untuk dibaca.

Di dunia ekonomi, Muhammadiyah ingin agar umat terhindar dari sistem riba sebagaimana masih ditemui transaksi keuangan pada bank2 konvensional, maka direkomendasikan/dipilihlah BSI (Bank Syari’ah Indonesia) sebagai bank terpercaya berlabel syari’ah, dan umat dianjurkan untuk bertransaksi dengan BSI. Sayangnya..akhir2 ini Muhammadiyah nampak kecewa pula dengan bank syari’ah ini sehingga Muhammadiyah dikatakan menarik dana simpanannya trilyunan rupiah dari bank tersebut dan memindahkan dana tersebut mungkin sebagian kepada bank BCA syari’ah. Apa penyebabnya, silahkan anda baca sendiri di media massa.

Ketiga, bagaimana dengan organisasi keagamaan lainnya di Indonesia seperti NU, Persis (Persatuan Islam), Perti (Persatuan tarbiyah Islamiyah) dan lainnya? Mereka juga giat berdakwah memajukan kehidupan beragama umat walaupun dengan sistem2 yang berbeda. Bila Muhammadiyah ingin arah baru kehidupan beragama umat lepas dari pendapat2 lama dalam kitab kuning, bagi NU hal itu masih dijunjung tinggi. Bagi NU, umat Islam di Indonesia selain diajak berpolitik praktis, punya partai politik resmi, juga ingin dibimbing dengan pola pikir ulama2 terkenal masa lalu, sebab mereka diyakini sebagai pewaris Nabi. Ulama2 terdahulu diyakini lebih memahami nilai2 ajaran Nabi Muhammad karena kedekatan zaman hidup mereka, kewara’an/kesalehan dan kedalaman ilmunya, dan karena integritas kepribadian para ulama2 itu sendiri. Jadi anda warga NU pantas berbangga, karena ide2/pendapat/metode2 yang telah dihasilkan oleh ulama2 terdahulu selalu dikumandangkan pada anda agar kehidupan beragama anda sesuai dengan tuntunan Islami. Lantas dimana ‘arah baru’ pemikiran keagamaannya? Apakah ulama2 NU tidak terpengaruh oleh ajaran Syaikh Muhammad Abduh dan al-Al-Afghani? Maaf saya belum bisa menjelaskannya. Yang saya ketahui bahwa Gus Dur, sebagai tokoh besar NU, sangat mempelopori kehidupan yang pluralistis. Artinya, semua bangsa Indonesia ingin dibawa kepada corak kehidupan yang saling menghargai, saling menyayangi, dan saling menghormati perbedaan2 keyakinan, budaya, ras, yang ada di tengah masyarakat: Islam, Kristen, Tiong Hoa, Hindu, Buddha, dan lainnya. Hidup damai bersama dalam keaneka ragaman: itu ide Gus Dur. Maka diizinkanlah kembali festival Barongsai Tiong Hoa.

Lebih jauh lagi, bagaimana pula arah baru pemikiran keislaman di level internasional? Nah, ini yang lebih bagus untuk didiskusikan dalam tulisan saya ini, selain membicarakan hebatnya metode berpikir NU dan Muhammadiyah. Soal menilai kedua oraganisasi tersebut diserahkan kepada anda sendiri, sebab anda di mata saya adalah orang2 pintar, terdidik dan bahkan sudah banyak yang S3 dan guru besar. Di dunia internasional telah banyak buku2, jurnal2 dan seminar2 ilmiah yang membicarakan masalah2 keislaman kontemporer. Isu menarik yang dibahas para tokoh Muslim antara lain semakin banyaknya imigran Muslim di Eropah yang datang dari berbagai negara di Timur Tengah.

Seorang tokoh terkenal bernama Tariq Ramadhan (lahir 1962 di Swiss) yang sangat peduli atas persoalan Muslim imigran. Ia adalah cucu tokoh Ikhwanul Muslimin Hassan al-Banna, profesor teologi di Universitas Oxford (Inggeris) dan dia juga dinobatkan sebagai salah seorang dari 100 tokoh dunia yang paling berpengaruh pemikirannya menurut majalah Time tahun 2004. Idenya antara lain ialah agar kaum Muslimin di Eropa bisa berbaur dengan masyarakat di negara2 mana mereka berada (Inggeris, Perancis, Swedia, Belanda, Jerman, Norwegia, Spanyol, Italy, Swiss dan lainnya). Sesuai Pepatah “Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung’. Istilah yang sering digaungkan oleh Tariq Ramadhan untuk membaur ialah ‘Muslim Eropa’ jangan ‘Muslim di Eropa’. Kata ‘di Eropa’ berimplikasi kurang ‘membaur’. Intinya, Tariq Ramadhan mengajak agar kaum Muslimin yang sekarang semakin banyak tinggal di Eropa agar berbaur, bermasyarakat, jangan selalu menonjolkan identitas keberlainan daerah, keberlaianan agama, jangan ekstrim, jangan brutal di negeri orang non Muslim. Artinya tokoh2 Muslim modern sudah memikirkan kiat dan strategi baru bagaimana agar kaum Muslimin survive (bertahan hidup) di negara2 non-Muslim, dan hal semacam ini tidak ada tertulis dalam kitab kuning dan belum ada di zaman Imam al-Ghazali, Imam Syafi’i, bahkan Imam Syaikh Nawawi al-Bantani.

Di segi lain, beberapa tokoh Muslim menganjurkan pula agar konsep ‘kesalehan’ perlu ditafsir ulang. Sebab dahulu bagi Imam al-Ghazali dalam kitabnya al-Ihya al-‘Ulum al-Din, konsep ‘saleh’ hanya terpaut antara pribadi seseorang dengan Tuhan, sementara sekarang ada pemikiran baru agar konsep ‘saleh’ bukan hanya antara hamba dengan Tuhan tetapi dengan sekalian alam. Saleh berarti taat beribadah dan menjaga hubungan yang harmonis dengan micro-cosmos (manusia) dan macro-cosmos (selain Tuhan dan manusia). Hubungan baik antar umat beragama dan peduli pada kehidupan semesta dengan cara mendoakan agar alam ini terjaga baik. Maka lafaz doa setiap selesai solat dianjurkan juga untuk mendoakan umat2 lain, mendoakan alam lingkungan tempat kita hidup agar tetap bersih dari polusi, jauh dari marabahaya, dan terhindar dari dampak negatif kemajuan teknologi. Ini contoh arah baru dalam lafaz doa, tetapi pertanyaannya: apakah kaum Muslimin sudah siap untuk menambah lafaz doanya usai solat untuk mendoakan juga non-Muslim dan alam sekitar yang biasanya ditebang, dibakar, dieksploitasi?

Sekarang dunia Muslim bukan lagi terjajah seperti dahulu, bukan pula dilanda perang, tetapi menghadapi kemajuan ‘dunia maya’ buatan China, Jepang, Korea, Taiwan. Dari dahulu ayat al-Qur’an selalu mengatakan bahwa Allah melihat apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Hujurat 8). Sekarang CCTV telah semakin membuktikannya. Rumah anda sekarang bisa dipantau dengan CCTV via HP dari kejauhan. Al_Qur’an sebagai Kalam Suci dilarang dibawa masuk WC, tetapi bagaimana dengan HP yang penuh dengan ayat2 suci dibawa masuk WC? Pertanyaannya, apakah yang dilarang dibawa masuk WC itu kitab yang terbuat dari kertas atau tulisan Arab berisikan ayat2 suci yang kita yakini turun dari Luh Mahfuz? Nah, di sini dipertanyakan: bukan mempertanyakan agama Islam itu sendiri tetapi ‘pemikiran manusianya’. Arah pemikiran keagamaan kita selalu ditantang oleh kemajuan zaman, akibatnya boleh jadi ajaran para Imam Mazhab dalam kitab kuning akan semakin menciut ke ranah ibadah dan iman saja. Pemikiran keagamaan semakin bergeser dari fisik kepada non-fisik: dari semula bagaimana bertegur sapa dengan ‘warga lokal’ kepada bagaimana bertegur sapa di ‘situs’ dan ‘portal’.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa sulit kita membantah teori evolusi kecuali Darwinisme. Corak pemikiran keagamaan juga berevolusi. Bila anda setia pada Dahlanisme, maka amal philanthropy nampaknya perlu semakin dievolusikan atas spirit Surah al-Ma’un. Dan bila anda setia pada pendapat Imam2 mazhab masa silam, maka teori evolusi mengkritisi kerangka pikir: aspek mana dalam kitab kuning yang bisa menampakkan titik temu dari ‘the survival of the fittest’? Kemana arah baru pemikiran keagamaan akan dibawa?

Demikianlah pembaca budiman. Terimakasih telah membaca. Mohon maaf, pamit. Wassalam, Amhar Rasyid, Jambi.

*Silakan Share