Revolusi Mental: Cita-cita Luhur yang Ternodai oleh Keserakahan Berkuasa

Oleh: Agus setiyono
(Sek. PW Muhammadiyah Jambi)

Revolusi mental merupakan konsep yang menggambarkan transformasi dalam cara berpikir, bertindak, dan memandang dunia dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup dan masyarakat secara keseluruhan. Namun, sayangnya, cita-cita luhur ini sering kali ternodai oleh tangan-tangan jahil yang dipenuhi oleh keserakahan untuk memenuhi nafsu berkuasa.

Revolusi mental adalah proses yang membangun kesadaran, empati, dan tanggung jawab individu terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Dengan berfokus pada perubahan dalam pola pikir dan perilaku, revolusi mental bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, lebih beradab, dan lebih berkelanjutan.

Namun, dalam perjalanan menuju revolusi mental, keserakahan sering kali menjadi batu sandungan yang mengotori niat dan tujuan awal. Keserakahan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan telah mengubah revolusi mental menjadi alat untuk memuaskan ambisi dan kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan bersama.

Tindakan korupsi, manipulasi informasi, dan penyalahgunaan kekuasaan menjadi cermin dari tangan-tangan jahil yang merusak cita-cita luhur revolusi mental. Para pemimpin yang seharusnya menjadi pionir dalam mewujudkan perubahan positif sering kali terjebak dalam lingkaran keserakahan dan ketidakjujuran, meninggalkan prinsip-prinsip moral yang seharusnya menjadi fondasi revolusi mental.

Untuk mengembalikan keaslian cita-cita luhur revolusi mental, diperlukan langkah-langkah konkrit untuk membersihkan tangan-tangan jahil yang mencorengnya. Masyarakat perlu memilih pemimpin yang berintegritas, transparan, dan mampu bertindak dengan keadilan demi kepentingan bersama. Selain itu, pendidikan yang mempromosikan nilai-nilai moral dan etika menjadi kunci untuk membangun fondasi yang kuat bagi revolusi mental yang sejati.

Sebetulnya revolusi mental adalah perjalanan yang menginspirasi menuju perubahan yang lebih baik dalam masyarakat. Namun, keserakahan dan tangan-tangan jahil sering kali mengganggu proses ini, mengubahnya menjadi alat untuk kepentingan pribadi. Untuk mewujudkan cita-cita luhur revolusi mental, diperlukan tekad dan tindakan untuk membersihkan pengotor-pengotor tersebut dan mengembalikan makna sejati dari perubahan yang kita harapkan.

*Silakan Share