KERINCI – IDEAA.ID || Kemarau berkepanjangan yang menerpa daerah Kerinci mengejutkan masyarakat Desa Koto Lua, Mukai Hilir Kecamatan Siulak Mukai. Puluhan hektar areal persawahan di wilayah Limau Padang dan Pulau Lueh mengalami kekeringan yang serius, dan ancaman gagal panen semakin mendesak.
Keadaan ini bukan sekadar ancaman bagi pertanian tetapi telah mengancam kelangsungan hidup warga. Kehidupan sehari-hari mereka terganggu, dan kebutuhan pangan berpotensi menjadi semakin sulit dipenuhi.
Dalam situasi yang memprihatinkan ini, para tokoh masyarakat, buruh tani, dan pemilik sawah merasakan keluhan yang mendalam. Mereka hidup dalam ketidakpastian yang menakutkan.
Arsanuddin, salah satu tokoh masyarakat dan kader partai Golkar Kerinci, langsung merespons keluhan tersebut.
Dia berusaha menyampaikan kekhawatiran masyarakat kepada Boy Edwar, ketua DPD Golkar Kerinci dan bakal calon Bupati Kerinci. Akhirnya hal ini mendapat perhatian dari Boy Edward.
“Kami khawatir gagal panen akan terjadi jika situasi ini tidak diatasi dengan cepat,” ucap HBE (singkatan dari H. Boy Edwar) dengan keprihatinan yang mendalam.
HBE, dikenal dengan nilai empati yang tinggi, tidak hanya berbicara. Dia mengambil langkah tegas dengan mendatangkan alat berat secara pribadi untuk membantu menyelesaikan masalah ini.
“Ini langkah awal kami untuk mengalirkan air dari Sungai Batang Merao,” jelasnya dengan tekad kuat.
Muhammad Arif, seorang aktivis Kerinci, mengapresiasi langkah tegas yang diambil oleh Boy Edwar.
“Pemimpin seperti inilah yang kami butuhkan, pemimpin yang selalu bersama masyarakat, yang memahami kondisi sebenarnya dan tidak hanya muncul saat pemilu dengan senyum manis dan baliho besar,” ujar Arif dengan rasa harap yang mendalam.
Situasi di Desa Koto Lua menunjukkan betapa pentingnya kepemimpinan yang responsif dan berempati dalam menghadapi tantangan nyata yang dihadapi oleh masyarakat.(*)