Tawuran Pelajar Marak Akibat Penerapan Sistem Sekuler yang Merusak

Oleh : Ratna Handayani*

Sebanyak 12 pelajar SMK di Kabupaten Sarolangun, Jambi diamankan oleh polisi. Belasan pelajar itu diamankan saat berencana melakukan aksi tawuran antarsekolah sambil membawa senjata tajam. Selain itu kejadian tawuran pelajar sekolah antara SMKN 3 dan SMKN 4 Kota Jambi kembali terjadi pada tanggal 2 November 2022 lalu.

Fenomena tawuran pelajar terjadi di banyak tempat. Berita seputar remaja selalu berkutat pada persoalan kerusakan moral, seperti pergaulan bebas, kekerasan seksual, dan tawuran. Mengapa tawuran pelajar seakan menjadi “tradisi” yang mengakar di dunia pendidikan?

Paham liberal yang dihasilkan dari sistem sekularisme diadopsi oleh generasi dan mengakibatkan berbagai kerusakan. Moral generasi menjadi rusak, tidak beradab, berkepribadian liberal, bahkan tidak takut pada Sang Pencipta dan Pengatur, yakni Allah Taala.

Keberhasilan sekularisme melahirkan generasi rusak dapat kita ketahui dari beberapa indikasi. Pertama, tercerabutnya nilai-nilai agama (Islam) dari generasi hingga akhirnya menjadi individu hedonis dan liberal. Kedua, pendidikan diharapkan mencetak generasi unggul dan bermartabat justru melahirkan generasi rapuh tanpa adab. Pendidikan sekuler yang diterapkan memisahkan agama dari kehidupan.

Ketiga, orang bebas berbuat, bebas memiliki, bebas beragama, dan bebas berpendapat, dan semua itu dilindungi oleh negara. Dari beberapa indikasi di atas, dapat diketahui bahwa sekularisme adalah biang dari berbagai kerusakan yang menimpa manusia, termasuk generasi.

Jika kerusakan terus meningkat, kondisi generasi makin terancam dan menghancurkan aset bangsa. Semestinya, sistem sekularisme dicabut hingga ke akarnya dari negeri ini. Menggantinya dengan sistem Islam yang mampu melahirkan generasi terbaik juga bertakwa.

Untuk mewujudkan generasi takwa dan antitawuran, haruslah dilakukan secara komprehensif dengan menerapkan sistem kehidupan Islam secara kafah. Penerapan sistem pendidikan Islam harus terlaksana secara tersadar, terstruktur, dan tersistem dengan memadukan tiga peran pokok pembentukan kepribadian generasi, yaitu keluarga, masyarakat, dan negara.

Pertama, keluarga adalah tempat pendidikan pertama bagi remaja sejak usia dini hingga dewasa. Baik buruknya pendidikan akan berpengaruh pada kepribadian anak. Orang tua mestinya memberi bekal pemahaman Islam kepada anak agar ia terbiasa beramal dan berperilaku sesuai syariat Islam. Orang tua harus menanamkan akidah Islam sejak dini agar terbentuk dalam diri anak keimanan dan ketaatannya kepada Allah Taala.

Kedua, sekolah dan masyarakat. Kehidupan remaja tidak akan terpisah dari dua lingkungan sosial ini. Sekolah menjadi tempat mereka menuntut ilmu, masyarakat menjadi tempat mereka mengembangkan diri.

Siklus pertemanan biasanya muncul dari sekolah dan masyarakat. Teman inilah yang memberi dampak lebih besar terhadap perilaku remaja. Kasus tawuran pelajar biasanya terjadi karena rivalitas antarsekolah, pengaruh gengsi, dan tekanan teman sebaya.

Ada anggapan di kalangan pelajar, “Enggak ikut tawuran itu pecundang. Enggak mau ambil risiko tawuran namanya cemen dan tidak gentlemen.” Anggapan inilah yang mendorong para pelajar melakukan aksi tawuran berkelompok atau terbentuk geng-geng di sekolah sebagai ajang gagah-gagahan dan bertahan diri agar tidak di-bully.

Ketiga, negara. Lingkungan baik bagi remaja tidak akan terwujud jika negara tidak mengambil peran sentralnya, yaitu sebagai penjaga dan pelindung generasi dari pengaruh budaya dan pemikiran asing yang merusak moral generasi. Peran penting yang dimaksud ialah negara wajib menciptakan suasana takwa pada setiap individu rakyat.

Negara berkewajiban melindungi generasi dari paparan ideologi kapitalisme sekuler yang merusak kepribadian mereka. Negara juga wajib menyaring tontonan dan tayangan tidak mendidik yang mengajarkan budaya dan nilai liberal. Negara menerapkan kurikulum dan sistem pendidikan Islam secara menyeluruh.

Tujuan pendidikan Islam adalah menyukseskan misi penciptaan manusia sebagai abdullah dan khalifah Allah di muka bumi. Dengan Islam, identitas remaja tidak akan terombang-ambing dan mudah terbawa arus. Mereka mampu menjadi generasi umat terbaik yang mengisi waktunya untuk menuntut ilmu, belajar Islam, dan memberi kemaslahatan bagi umat dan negara.

Bukankah harapan dan cita-cita kita semua demikian? Pemuda bertakwa, penuntut ilmu, aktivis dakwah, dan pelopor kebangkitan peradaban Islam. Dalam asuhan sistem Islam, remaja mampu menjadi teladan bagi umat abad ini. Insyaallah.(*)

Penulis adalah: Anggota Pena Muslimah*

*Silakan Share