Refleksi Regenerasi Kepemimpinan IMM Jambi

Taufik Halim Pranata – Ketua Bidang Organisasi PC IMM Muaro Jambi

Berangkat dari keresahan dan keluh kesah yang dibunyikan melewati pendengaran, dan apa yang dilihat serta dialami, semakin memuakkan dan bersarang di kepala seperti semak, yang suka atau tidak ini sudah mengganggu maka harus dibuang keluar. Silakan Ambil atau Tinggalkan!

Regenerasi adalah salah satu upaya kaderisasi dalam menyiapkan pemimpin terbaik yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan. Sebagai bagian dari organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah, maka dalam praktiknya IMM menggunakan kepemimpinan profetik sebagai landasan etik dan Muhammadiyah sebagai landasan ideologi.

Namun, Regenerasi kepemimpinan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) khususnya di Jambi tampaknya tidak lagi murni mengedepankan ide dan gagasan kemajuan dari para kader. Apa ide dan gagasan yang menghasilkan rumusan konkret bagi permasalahan di Jambi (internal maupun eksternal) pada Musyawarah Daerah IMM Jambi lalu (22,23/06/2022). Tidak ada.

Kecuali orientasi pada pertarungan dalam menduduki jabatan struktural kepengurusan IMM yang lebih tinggi dari pada kepentingan
gerakan IMM itu sendiri, yang sekarang terlihat begitu jelas gaya politik praktis dan pragmatis memang yang dianut, seperti adanya bagi-bagi kursi struktural jabatan.

Persoalannya, tanpa diadakan musyawarah formatur, tanpa adanya rekomendasi struktural dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah. Abracadabra nama-nama struktural kepengurusan DPD IMM itu terbentuk pada komposisi sesuai ‘pesanan’. Maksud saya apakah benar telah sesuai formasi struktural yang berdasarkan porsi kesanggupan dan kepiawaian masing-masing kader.

Anggaplah Pimpinan pusat karena mempunyai kewenangan, mereka mengeluarkan Surat Keputusan (SK) berdasarkan nama-nama yang diberikan untuk mengisi struktural. Pertanyaannya, adakah Pimpinan pusat memverifikasi berkas administrasi personalia tersebut? Sepertinya tidak ada, karena tampak di atas sana ada yang terlalu tua (umur lewat) dan ada yang terlalu muda (kader DAD).

Dewan Pimpinan Pusat menetapkan nama-nama tersebut atas dasar apa? Kesepakatan? Atau deal politik. Jangan sampai ada yang bukan kader/penyusup di dalamnya. Betapa abai setingkat Pimpinan pusat akan keamanan organisasi jika terjadi demikian.

Seharusnya minimal syarat-syarat sesuai, tidak memaksakan. Di ranah politik praktis saja, partai politik sangat ketat mengatur regulasi dan mekanisme didalamnya. Malu melihat yang katanya mahasiswa tapi lebih praktis dari yang praktis.

Selaku organisasi mahasiswa yang seharusnya memiliki marwah religius, intelektual serta humanis. Tidak sepantasnya keegoisan akan orientasi struktural jabatan didahulukan daripada musyawarah dan mufakat perihal ide dan gagasan kedepan demi kelangsungan Ikatan.

IMM memiliki pedoman organisasi Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) sebagai landasan dasar tentang bentuk, tujuan sampai pada tata cara dalam menyelenggarakan organisasi. Jadi ini bukan organisasi preman atau geng-geng an, yang bisa saja main tunjuk sesuka hati.

Maka seharusnya jika dalam penyelenggaraan/ menjalankan ikatan dilakukan dengan mengangkangi aturan dasar yang telah ditetapkan, dilakukan tanpa berpedoman pada prosedur Administrasi, AD/ART ikatan. Ini dapat dikatakan cacat formil sehingga tidak sah secara legalitas. Karena baik yang memberi nama maupun yang mengesahkan telah bertindak bertentangan dengan aturan.

Untuk kedepannya jika formasi pengurus DPD IMM Jambi yang ditetapkan secara metode ‘abracadabra’ tetap dipertahankan sampai akhir periode jabatan, jangan harap jalannya gerakan IMM Jambi akan menuju arah yang lebih baik.

Kalau tidak akan semakin terstruktur, sistematis dan masif kejadian serupa terjadi lagi, bahkan tidak dipungkiri di ranah komisariat sampai ke ranah pimpinan pusat akan lebih pragmatis hanya demi kepentingan mengamankan kekuasaan.

Sangat disayangkan, merobohkan idealisme ikatan hanya untuk memuaskan hasrat kekuasaan segelintir -kader-. Jalan berlumpur dijajaki demi dianggap gagah dan berkuasa. Ilmu kepemimpinan yang dipelajari hanya digunakan untuk menindas. Menginjak ide dan harapan kader lainnya.

Dimana nilai-nilai IMM yang membentuk cendekiawan berpribadi, susila, cakap, takwa kepada Tuhan. Pewaris tampuk pimpinan umat nanti yang akan membawakan perubahan bagi kemajuan zaman. Mungkinkah hanya tinggal di bait lagu.

Secara teori, Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk (yakni struktural), melainkan suatu proses (by procedure). Proses perubahan ini tentu saja merupakan hasil dari sebuah kesepakatan atau keputusan bersama yang diambil dari setiap individu atau kelompok masyarakat. Keputusan yang diambil tentu yang sesuai dengan keinginan atau harapan kelompok agar perubahan sosial itu dapat terwujud.

Ya kalau dianalogikan, kereta dalam perjalanan untuk mencapai tujuannya tidak melaju pada rel yang benar. Jangan heran kalau ia tidak akan pernah sampai dan bisa jadi malang tabrakan.

Begitupula ikatan dalam proses untuk mewujudkan cita-citanya tidak bertindak sesuai konsep yang benar. Jangan heran jika tidak tercapai dan bisa jadi hilang tergerus zaman.

Walau pahit penulis berharap ini sebagai ‘obat’ untuk nalar intelektual IMM kedepan. Sebagaimana pandangan Ali Syariati, seorang intelektual harus memainkan peran kenabian bagi masyarakatnya. Yaitu harus aktif melakukan gerakan perubahan yang artinya berani bertindak sesuai kebenaran dan bersikap kritis, melawan setiap kemungkaran.

Selamat berproses! Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat.

*Silakan Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *