Oleh : Muhammad Sukardi –
Wakil Ketua Pendidikan & Kaderisasi Pemuda Muhammadiyah Tanjung Jabung Timur
28 Oktober pada setiap tahunnya, negara ini selalu memperingati hari Sumpah Pemuda. 94 tahun lalu tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928 berbagai organisasi kedaerahan menyatakan atas kesepakatan bersama bahwa perjuangan harus terintegrasi dan tidak lagi berjalan sendiri-sendiri meskipun tujuannya untuk perjuangan Indonesia.
Di mulai pada tahun 1915 hingga 1924 banyak berdiri organisasi kedaerahan seperti Jong Java, Jong Sumatera dan Jong Islamieten Bond. Perjalanan panjang melalui Kongres Pemuda I yang di adakan tahun 1926 kemudian berlanjut pada puncaknya yaitu Kongres Pemuda II pada tahun 1928 yang menjadi lahirnya Sumpah Pemuda.
94 tahun peristiwa sakral itu telah berlalu, peristiwa yang akan terus tercatat dalam sejarah dan menjadi semangat perjuangan kaum muda bangsa Indonesia yang akan datang. Namun pertanyaannya, selama hampir 1 abad ini apakah persatuan dan kesatuan dalam peristiwa Sumpah Pemuda masih tertanam di dalam benak para pemuda hari ini?
Kita sadar dan bahkan kita semua tahu Sumpah Pemuda adalah peristiwa yang menyatukan seluruh kaum muda Indonesia, semua pemuda selalu merayakan peringatan tersebut, bahkan ramai hingga di beranda dunia Maya oleh ucapan-ucapan peringatan. Namun yang masih sangat di sayangkan peringatan Sumpah Pemuda hari ini tidak lagi dijadikan hal yang sakral oleh kaum muda dan hanya dijadikan sebagai peringatan saja. Dibalik peristiwa sejarah tersebut padahal terdapat tujuan yang sangat mulia yaitu, menyatukan berbagai latar belakang, perspektif, kultur, dan suku demi terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Lalu hari ini kaum muda hanya merayakan saja tanpa mengimplementasikan apa yang menjadi cita-cita Sumpah Pemuda.
Memang ketika mengucapkan itu sangat lah gampang, setiap peringatan upacara Sumpah Pemuda selalu di ikrarkan oleh seluruh peserta. Tapi, sumpah hanya sekedar sumpah sebagai pelengkap jalannya upacara tanpa peresapan yang mendalam. Jika peristiwa Sumpah Pemuda dijadikan dasar dalam pergerakan tentu tidak ada lagi pemuda yang lebih mementingkan egosentris organisasi, latar belakang, kepentingan organisasi, kepentingan pribadi, kepentingan politik dan kepentingan kelompok. Semua akan paham betul dengan nilai-nilai kesatuan.
Banyak sekali persoalan-persoalan kepemudaan di antaranya Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang menjadi tempat bersatunya seluruh pemuda dari seluruh latar belakang yang berbeda saja masih dualisme dari pusat hingga daerah, BEM SI tempat berkumpulnya seluruh BEM dari seluruh perguruan tinggi saja masih terpecah belah, Bahkan beberapa OKP ada yang dualisme padahal tujuan organisasinya sama, dan banyaknya OKP yang masih mementingkan kepentingan organisasinya. Kepentingan nasional tidak dijadikan sebagai tujuan utama, mereka menaruh kepentingan pribadi dan kelompok di atas kepentingan nasional. Tidak jarang KNPI dijadikan sebagai rumah kedua oleh OKP tertentu untuk mencari cuan, ketika bagi-bagi kursi struktural tampak lebih dominan yang diisi oleh OKP tertentu.
Padahal mereka adalah garda terdepan dalam pergerakan kepemudaan. Lalu kalau demikian dapat kita simpulkan Sumpah Pemuda hanya di jalankan sebagai peringatan semata. Jika demikian tak salah jika saya mengatakan 94 Tahun Penghianatan Peristiwa Sumpah Pemuda.